Crypto

Apa Itu Crypto Winter?

Apa Itu Crypto Winter?

Apa Itu Crypto Winter?

Pada perdagangan hari Kamis (27/1/2022) kemarin, harga sejumlah mata uang kripto teratas kembali melemah. Melansir data dari CoinMarketCap pada pukul 09:30 WIB, Bitcoin merosot 2,73% ke level harga US$ 35.952,61/koin atau setara dengan Rp 517.717.584/koin (asumsi kurs Rp 14.400/US$), Ethereum drop 2,76% ke level US$ 2.386,20/koin atau Rp 34.361.280/koin.

Binance Coin (BNB) ambles 3,71% ke US$ 366,10/koin (Rp 5.271.840/koin), Solana ambruk 6,81% ke US$ 87,01/koin (Rp 1.252.944/koin), dan Terra anjlok 9,42% ke US$ 56,17/koin (Rp 808.848/koin).

Terkait dengan terus melemahnya harga mata uang kripto tersebut, para investor maupun trader kripto mulai harap-harap cemas apakah aset kripto akan kembali mengalami crypto winter layaknya tahun 2018 silam. Saat itu, seluruh harga aset kripto anjlok dan kemudian bergerak sideways hingga setidaknya selama dua tahun. Lantas, apa yang dimaksud dengan crypto winter itu?

Apa Itu Crypto Winter?

Dalam penjelasannya, istilah crypto winter adalah kondisi yang terjadi ketika nilai aset kripto mengalami penurunan drastis di bawah nilai tren bullish normal. Hal ini dapat dicontohkan misalnya pada bulan Juni tahun 2021 lalu. Dimana lima aset kripto terkemuka di dunia nyaris mengalami penurunan dalam waktu seminggu. Akibatnya, sejumlah trader berspekulasi bahwa akan terjadi musim dingin bagi aset kripto, alias crypto winter.

Saat itu, Bitcoin yang merupakan aset kripto tersohor dengan kapitalisasi pasar saat itu mencapai 611 miliar dolar AS, selama sepekan turun sebesar 7,5 persen. Ethereum juga nilainya merosot sebesar 14,5 persen. Kemudian, Binance Coin anjlok sebesar 14,6 dan Tether nilainya nyaris stagnan. Terakhir, Cardano (ADA) yang berada di urutan ketiga situs CoinMarketCap juga anjlok sebesar 6,4 persen.

Ketakutan para trader atau investor pada saat itu nampaknya tidak terbukti. Pasalnya, Bitcoin tidak mengalami penurunan hingga menyentuh nilai 20 ribu dolar AS sebagaimana yang dijelaskan oleh Peter Hank, analis di DailyFX.

Dikutip dari CNBC Indonesia, musim dingin bagi aset kripto dapat terjadi apabila nilainya masuk ke level 20 ribu dolar AS. Sementara berdasarkan grafik harga Bitcoin di situs CoinMarketCap, pada 30 Juni, nilai Bitcoin berada di nilai 35 ribu dolar AS.

Mungkinkah Terjadi Crypto Winter di 2022?

Mengutip kompas.com pada hari Kamis (27/1/2022), Gabriel Rey selaku CEO Triv mengatakan, bahwa pasar kripto belum akan mengulang periode bearish seperti 2018 silam. Walau, tren bearish Bitcoin sangat berpotensi untuk terus berlanjut. Gabriel menambahkan, support terkuat Bitcoin berada di level 38.000 dollar AS per BTC. Jika support tersebut tembus, ia memperkirakan, tren bearish sangat berpotensi untuk terus berlanjut.

Mengutip kontan.id pada hari Rabu (26/1/2022), Gabriel menjelaskan, “Crypto winter yang terjadi saat ini mungkin lebih sesaat saja, tidak akan berlangsung lama seperti 2018 lalu”.

Ia juga mengingatkan bahwa pasar kripto sejauh ini cenderung digerakkan oleh sentimen pasar, karena dari sisi likuiditas memang belum sebesar pasar saham. Oleh karena itu, selama investor ritel masih takut dan ragu untuk masuk lagi ke pasar kripto, ia menyebut pasar akan bergerak lamban dalam beberapa waktu ke depan.

Untuk informasi, 3 mata uang kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, seperti Binance Coin (BNB), Ethereum (ETH), dan Bitcoin (BTC) justru tercatat mengalami ketertinggalan. Hal ini menimbulkan rasa khawatir para investor akan benar terjadinya crypto winter 2022.

Menurut para analis cryptocurrency, tidak menutup kemungkinan bahwa crypto winter 2022 akan terjadi. Hal ini karena nilai mata uang kripto yang sudah cukup tinggi sepanjang tahun. Jika ketiga mata uang kripto teratas (Bitcoin, Ethereum, dan Binance Coin) sungguh memasuki crypto winter, maka aset cryptocurrency lainnya akan terkena dampak secara tidak langsung.

Seperti yang diketahui, tren investasi pada mata uang kripto atau cryptocurrency memang sedang populer di kalangan anak muda. Namun, sama halnya dengan jenis investasi lain, mata uang kripto juga memiliki peluang merugi, seperti isu yang saat ini beredar mengenai fenomena crypto winter.

Namun, Co-founder CryptoWatch dan Pengelola Channel Duit Pintar Christopher Tahir menyebut, ekosistem industri aset kripto saat ini berbeda dengan 2018 silam. Sehingga, jika terjadi crypto winter, periodenya akan singkat. Salah satu penyebabnya adalah keberadaan investor institusional dan negara yang sekarang ikut mengoleksi aset kripto, khususnya Bitcoin.

Menurutnya, kedua investor tersebut akan menjaga harga kripto tidak jatuh dalam karena berkaitan dengan kinerja portofolio yang dikelola mereka agar tetap perform. Hal inilah yang tidak ada di ekosistem industri aset kripto pada 2018 lalu.

Lita Alisyahbana
13 Comments
To Top