Goldman Sachs mengatakan, bahwa di masa depan mata uang kripto yang menduduki urutan nomor satu bukan lagi Bitcoin. Namun hal itu akan ditempati oleh Ether. Dalam penjelasannya, Golden Sachs menjelaskan bahwa kasus penggunaan Ether bisa memberikan potensi menjadi penyimpanan nilai digital yang dominan di tahun-tahun mendatang.
Mengutip dari Business Insider hari Kamis (8/7/2021), dalam sebuah pernyataan, pihak Goldman Sachs menyampaikan, “Saat ini terlihat seperti cryptocurrency dengan potensi penggunaan nyata tertinggi sebagai Ethereum, platform yang menjadi mata uang digital asli adalah platform pengembangan paling populer untuk aplikasi smart contract“.
Meski kedua kripto itu bersaing, namun keduanya tidak akan bisa menyalip emas dalam waktu dekat. Pasalnya volatilitas yang tinggi tidak menjadikan pesaing langsung dengan aset safe haven seperti emas.
Goldman Sachs mengatakan, “Emas bersaing dengan kripto pada tingkat yang sama dengan aset berisiko seperti saham dan siklus komoditas. Kami memandang emas sebagai lindung nilai inflasi defensif dan kripto sebagai lindung nilai risiko inflasi”.
Sementara itu, pada perdagangan di hari Jumat (9/7/2021) ini, harga mata uang kripto kembali bergerak di zona merah. Hal ini dipengaruhi oleh investor yang mulai mengurangi selera risiko mereka ditengah kekhawatiran pelaku pasar global akan perkembangan pandemi virus corona.
Berikut laporan berdasarkan data dari CoinMarketCap: Bitcoin melemah 2,04% ke level harga US$ 32.673,69/koin; Ethereum ambruk 9% ke level US$ 2.075,96/koin; Tether turun 0,13% ke level US$ 0,9999/koin; Binance Coin merosot 6% ke posisi harga US$ 303,79/koin; Cardano ambles 6,26% ke US$ 1,30/koin; Ripple terkoreksi 5,36% ke US$ 0,6032/koin; Dogecoin ambrol 8,25% ke US$ 0,1993/koin.
Diberitakan sebelumnya, Bitcoin beberapa kali gagal mempertahankan kenaikan, setelah bank sentral China, People’s Bank of China (PBOC), mengulangi sikap anti-kripto yang telah lama mereka pegang.
PBOC kembali memperingatkan lembaga-lembaga keuangan di negeri tembok raksasa agar tidak memberikan layanan kepada perusahaan terkait mata uang kripto.
Mengutip CoinDesk, bank sentral China menutup perusahaan yang berbasis di Beijing yang menyediakan layanan perangkat lunak untuk transaksi mata uang virtual. Dan, PBOC menegaskan kembali, tidak ada lembaga keuangan di bawah yurisdiksinya yang boleh terlibat dalam transaksi semacam itu.
Baik PBOC maupun Pemerintah Cina meningkatkan retorika anti-crypto mereka pada Mei lalu, menambah tekanan bearish di sekitar mata uang kripto.
- Pump Forex: Definisi, Cara Identifikasi, dan Risiko - Oktober 1, 2024
- Memahami Teori Purchasing Power Parity Forex dalam Menganalisis Pergerakan Mata Uang - September 25, 2024
- Apa Analisis Trading Forex yang Cocok untuk Trader Pemula? - September 23, 2024