Crypto

Harga Bitcoin Terus Menguat, Mungkinkah Akan Anjlok Seperti 2018 Silam?

Seperti yang diketahui, pada hari Senin, 30 November 2020 lalu, menjadi hari bersejarah bagi Bitcoin. Karena mata uang kripto tersebut sukses menembus rekor tertinggi sepanjang masa.

Hal ini didorong oleh peningkatan permintaan dari investor institusional. Dan ritel yang mulai melirik Bitcoin. Reuters melaporkan, para investor melihat Bitcoin sebagai tempat berlindung yang aman dari ancaman inflasi.

Dikutip dari Reuters hari Rabu (2/12/2020) lalu, tahun ini Bitcoin telah mengalami kenaikan harga lebih dari 170 persen. Hal ini didorong oleh permintaan akan aset berisiko di tengah stimulus fiskal dan moneter yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Nilai mata uang digital Bitcoin makin gila-gilaan. Bahkan mata uang kripto itu oleh analis dari Citibank diprediksi akan tembus menyentuh level US$ 300.000 atau setara dengan Rp 4,2 miliar pada bulan Desember tahun 2021.

Harga aset cryptocurrency Bitcoin terus mengalami penguatan dalam kurun waktu beberapa minggu terakhir. Bitcoin diproyeksi akan terus mengalami penguatan di masa depan.

Dalam catatan analis Citibank tersebut, Bitcoin direpresentasikan sebagai instrumen safe haven abad ke-21, menggantikan emas.

Mengutip dari Forbes pada hari Jumat (20/11/2020), Tom Fitzpatrick -Global Gead of CitiFX Technicals Citibank- mengatakan, “Seluruh karakteristik Bitcoin telah ditunjukan oleh penguatan yang tidak pernah terpikirkan, diikuti oleh koreksi yang menyakitkan, menunjukan pola yang menopang tren jangka panjang”.

Aset kripto atau cryptocurrency, Bitcoin, tengah digandrungi oleh banyak orang di tengah pandemi Covid-19. Bukan tanpa alasan, sejak awal tahun ini Bitcoin menunjukan tren penguatan yang cenderung stabil.

Harga Bitcoin Terus Menguat, Mungkinkah Akan Anjlok Seperti 2018 Silam?

Harga Bitcoin Terus Menguat, Mungkinkah Akan Anjlok Seperti 2018 Silam?

Namun, meski alami peningkatan yang siginifikan, tidak sedikit pula yang merasa khawatir dengan adanya potensi anjloknya cryptocurrency itu, seperti yang terjadi pada 2018 lalu.

Seperti yang diketahui, saat itu harga Bitcoin sempat merosot hingga menyentuh angka US$ 13.440 per koin.

Namun, Oscar Darmawan -CEO Indodax- meyakini bahwa hal yang sama tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Menurutnya, hal tersebut diakibatkan adanya perbedaan pergerakan harga Bitcoin pada 2017 dan 2020.

Oscar menjelaskan, bahwa pada 2017 lalu, Bitcoin menguat dengan sangat cepat. Sehingga, aksi ambil untung atau profit taking terjadi secara massal dan merusak fundamental harga Bitcoin.

Pada hari Kamis (10/12/2020) lalu, ia mengatakan, “Tapi kalau kita amati tahun 2020 ini, harga Bitcoin menguatnya cenderung lebih lambat. Sehingga banyak orang yang trading crypto enggak sadar kalau Bitcoin setiap hari naik sedikit-sedikit”.

Meski sejak awal tahun ini telah menguat lebih dari 100 persen, penurunan harga Bitcoin masih kerap terjadi pada suatu sesi perdagangan.

Ini menunjukan aksi profit taking yang tidak terjadi secara massal dan intensif.

Dengan melihat tren pergerakan Bitcoin dalam beberapa waktu ke belakang, Oscar pun memprediksi anjloknya harga cryptocurrency fenomenal itu pada 2018 tidak akan terulang pada tahun ini, maupun 2021.

Lita Alisyahbana
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

To Top