Bisnis

Harga Minyak Dunia Diprediksi Anjlok Hingga di Bawah US$ 0 per Barel

Bloomberg News melaporkan, bahwa kelebihan kapasitas pada penyimpanan minyak dapat menciptakan skenario di mana harga minyak sudah berada di bawah nol. Contohnya adalah harga minyak mentah Wyoming yang baru-baru ini menawar negatif 19 sen per barel. Dengan jatuhnya harga minyak dunia, kini minyak telah kehilangan lebih dari dua pertiga nilainya sejak Januari lalu. Sekarang, perusahaan-perusahaan minyak Amerika Serikat (AS) mulai membuat keputusan dengan terpaksa untuk menutup produksi.

Runtuhnya permintaan minyak telah menyebabkan harga minyak mentah jatuh ke posisi terendah selama 18 tahun akibat krisis dari pandemi virus corona yang masih menghantui negara-negara di dunia. Tetapi dengan harga gas alam yang negatif tidak benar-benar menghambat produksi. Karena gas alam Texas Barat sebagian besar adalah merupakan produk sampingan. Perusahaan minyak Texas bersedia untuk mengambil kerugian pada gas alam untuk mendapatkan pasokan minyak yang lebih berharga.

Menurut laporan Reuters, harga minyak di bawah nol adalah hal yang memang aneh. Pada tahun lalu, harga gas alam AS di Texas Barat diperdagangkan di wilayah negatif selama lebih dari dua minggu karena tidak ada cukup pipa untuk membawa gas pergi. Pada hari Selasa (31/3/2020) yang lalu JBC Energy menulis sebuah analisis, bahwa permintaan jatuh begitu cepat relatif terhadap pasokan sehingga masalah utama banyak produsen tidak dapat memastikan laba operasi melainkan jika mereka dapat menemukan pemasok minyak mentah mereka.

 Harga Minyak Dunia Diprediksi Anjlok Hingga di Bawah US$ 0 per Barel


Harga Minyak Dunia Diprediksi Anjlok Hingga di Bawah US$ 0 per Barel

Sebelumnya, Chevron (CVX) mengumumkan bahwa memangkas pengeluaran sebesar 30 persen dan menurunkan target output sebesar 20 persen. Sedangkan harga minyak utama seperti West Texas Intermediate dan Brent diperdagangkan di utara seharga US$ 20 setara Rp 334.000 (Kurs 16.500) per barel. Rystad Energy mengatakan bahwa negara besar yang menjadi surplus pasar minyak akan memaksa penutupan produksi dalam jumlah besar pada bulan April dan Mei. Sumur minyak kemungkinan akan ditutup lebih dulu.

Bank asal AS Goldman Sachs Group mengatakan, bahwa fasilitas-fasilitas penyimpanan, kilang, terminal, kapal dan pipa pada akhirnya akan penuh, kondisi ini adalah sesuatu hal yang belum pernah terjadi sejak tahun 1998. Jeffrey Currie (Kepala Komoditas Goldman Sachs) menambahkan, bahwa kelebihan kapasitas minyak hari ini mungkin tiba-tiba berubah menjadi kelangkaan minyak besok, dan mendorong harga jauh di atas US$ 55 atau Rp 920.000 pada tahun depan.

Beberapa harga regional baru-baru ini jatuh ke wilayah satu digit (dalam dollar). Itu berlaku untuk grade minyak mentah yang ada di daratan di mana akses ke penyimpanan bahkan lebih sulit. Satu opsi penyimpanan adalah memuat semua minyak mentah ekstra ke kapal.

Tentu saja, permintaan yang lemah akibat dari pandemi virus corona tidak akan bertahan selamanya. Ketika wabah penyakit ini berakhir, harga minyak akan kembali pada posisinya. Maskapai akan kembali mengudara lagi dan akan membeli bahan bakar untuk berproduksi lagi. Kondisi lalu lintas juga akan kembali ramai karena pengemudi di Amerika Serikat akan membeli lebih banyak bensin ketika sudah pada saatnya kembali bekerja.

Lita Alisyahbana
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

To Top