Pada hari Senin (30/3/2020) kemarin, perdagangan di PT Bursa Efek Indonesia (BEI) sempat dihentikan (trading halt) selama kurang lebih 30 menit pada pukul 10.20 WIB setelah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun di angka 5,01 persen. Investor asing juga melancarkan aksi jual dengan nilai jual bersih (net sell) senilai Rp 63,5 miliar di pasar reguler dan non reguler. Dengan demikian, total nilai transaksi adalah berkisar di angka Rp 5,57 triliun.
Di perdagangan Senin kemarin, IHSG berakhir di level 4.414,5 melemah di kisaran 2,88 persen. Rupiah memang melemah, tapi nilai obligasi justru berbalik menguat. Kondisi ini kemungkinan adalah bahwa para investor memilih untuk mencari aman setelah pemerintah mengumumkan tentang pembatasan sosial dengan skala lebih besar sebagai cara untuk mengatasi penyebaran wabah virus Covid-19.
Sempat beredar kabar bahwa pemerintahan Joko Widodo mengeluarkan rencana untuk membatasi akses ke wilayah Jabodetabek sebagai usaha karantina wilayah. Kabar tentang lockdown ini soal melarang masuk kendaraan pribadi juga angkutan orang, dan hanya membolehkan untuk angkutan logistik. Tidak hanya kendaraan jalan raya, bahkan kabar karantina wilayah Jabodetabek ini juga berlaku untuk kereta api yang memiliki rute perjalanan dari dan menuju ke Jabodetabek.
Pilihan lockdown untuk memutus rantai penyebaran wabah Covid-19 sudah diberlakukan oleh banyak negara. Tapi Presiden Joko Widodo mengumumkan bahwa akan memberlakukan pembatasan sosial dalam skala besar. Pengumuman ini dilakukan menjelang 30 menit sebelum penutupan pasar bursa saham.
Pengumuman yang dilakukan oleh Jokowi itu tetap saja tidak direspon oleh pasar. IHSG tetap saja melemah dan rupiah di kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor melemah di angka 0,65 persen ke Rp 16.336. Nilai obligasi justru menguat karena investor memilih untuk menghindari aset berisiko di saham ke obligasi (risk aversion)
Kebijakan yang dipilih pemerintahan Jokowi untuk pembatasan sosial dalam skala besar, membuat pasar justru masih melihat adanya risiko penyebaran Covid-19 ke daerah-daerah karena warga malah kian marak melakukan aksi pulang kampung.
Imbal hasil (yield) obligasi seri FR0082 yang bertenor 10 tahun turun menjadi 36,9 basis poin (bps) menjadi 7.906 persen. Besaran bps setara dengan 1 persen. Kondisi ini mengindikasikan bahwa harga yang menguat adalah karena aksi beli dari investor.
Peluang terbukanya krisis sosial atau bahkan krisis ekonomi bisa saja terjadi, jika pengangguran dan kemiskinan semakin meningkat. Akan percuma jika ekonomi di Jakarta Raya tetap aman, tetapi ekonomi di daerah-daerah justru babak belur karena wabah Covid-19 yang akan memicu ramainya pembatasan usaha secara nasional.
- Psikologi Trading Pada Konsep Dasar Support dan Resistance - Januari 15, 2025
- Inilah 5 Tips Penting Menentukan Ukuran Posisi Forex yang Tepat! - Januari 14, 2025
- Strategi Risk Management dalam Money Management Forex - Januari 13, 2025