Saham

Memburu Saham Murah Di Tengah Wabah Corona

Pada hari Selasa (14/1/2020) awal tahun kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) posisi puncaknya kian jauh meninggalkan posisinya pada level 6.325. Bahkan pada perdagangan di hari Jumat (20/3/2020) pekan kemarin, IHSG sempat berada di posisi 3.928 dan level ini adalah rekor terendahnya sejak tahun 2016.

Penyebaran covid-19 tetap menjadi sentimen negatif dan menjadi alasan. Dampaknya memang benar-benar berpengaruh pada ekonomi secara global. Berbagai pasar saham dunia mengalami nasib yang sama seperti IHSG. Dow Jones selama di periode sebulanan ini sudah anjlok 33,87 persen, S&P 500 terkuras 30,94 persen dan Nasdaq Composite melemah 28,16 persen di waktu yang sama.

Sejumlah analis bersepakat mengenai penurunan indeks ini, bahwa pergerakan IHSG masih akan terbebani. Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan pekan lalu, telah dua kali dihentikan sementara waktu, karena penurunan tajam indeks lebih dari 5 persen di hari yang sama.

Memburu Saham Murah Di Tengah Wabah Corona

Memburu Saham Murah Di Tengah Wabah Corona

Hans Kwee -Direktur Investa Saran Mandiri- mengatakan, bahwa dengan tren penurunan yang ada tidak terlalu optimistis dengan proyeksi perdagangan minggu ini. Hans menilai, bahwa dengan tekanan yang ada, pasar saham dalam negeri hanya menggembirakan untuk investor jangka panjang.

Ia menambahkan, rata-rata saham yang merosot saat ini, akumulasi beli dapat dimanfaatkan oleh pelaku pasar yang mengincar pembelian jangka panjang atau lebih dari setahun. Hans juga mengingatkan, agar para investor jangka pendek dan menengah selalu berhati-hati ketika menempatkan investasinya. Karena pasar dagang seakan kebal oleh rangsangan yang telah disuntikkan pemerintah.

Ia juga meramalkan bahwa sepanjang minggu ini IHSG akan bergerak di rentang level support 3.686 – 3918 dan resistance di level 4.238 – 4.900.

Di kesempatan yang lain, William Hartanto -analis Panin Sekuritas- menilai bahwa langkah penyelamatan lewat aksi pembelian kembali atau buyback emiten saham tidak memiliki daya yang cukup guna menarik IHSG dari keterpurukan. Alasannya, karena buyback yang dilakukan saat saham tengah turun hanya bersifat meminimalkan pelemahan, bukan berfungsi untuk mendongkrak.

William tidak merekomendasikan saham-saham pelat merah yang sedang melakukan buyback besar-besaran. Dengan alasan bahwa buyback sifatnya menadah bukan membuat naik.

Ia justru merekomendasikan saham-saham dari industri jamu atau farmasi. Ia menyarankan investor untuk membeli di rentang Rp 995- 970 per saham dan mengambil profit jika saham menanjak ke level Rp 1.130 per saham.

Pada perdagangan hari Jumat (20/3/2020) yang lalu, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) berada pada posisi Rp 970 per saham. Tapi pada 2019 kemarin, diperoleh laba bersih sebesar Rp 807,69 miliar dari Rp 663,85 miliar di tahun 2018. Itu artinya di periode yang sama, naik 21,67 persen.

Benny Faizal
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

To Top