Crypto

Mengenal Blockchain: Sejarah, Pengertian dan Cara Kerjanya

Selama kurun beberapa tahun terakhir, mungkin Anda telah mendengar istilah teknologi Blockchain, juga mungkin tentang cryptocurrency seperti Bitcoin. Informasi mengenai Bitcoin, Ethereum, Dogecoin dan mata uang kripto lainnya mungkin bisa ditemukan dimana saja. Dari mulai reli harga atau bahkan tempat mana saja yang mau menerima pembayaran menggunakan mata koin itu.

Tetapi, banyak orang yang menganggap bahwa Bitcoin dan Blockchain adalah istilah yang sama. Lantas, apa sebetulnya Blockchain yang kerap dihubungkan dengan Bitcoin dan aset kripto itu?

Sejarah Blockchain

Blockhain diciptakan bersamaan dengan Bitcoin, oleh seseorang pencipta Bitcoin yang anonim, namun dikenal sebagai Satoshi Nakamoto. Nakamoto menginginkan adanya sistem desentralisasi, permanen dan publik untuk merekam pembuatan serta distribusi Bitcoin.

Walaupun pembuatnya mendesainnya sebagai buku besar publik, namun Blockchain sekarang juga bisa dikendalikan oleh perusahaan atau grup tertentu. Bedanya disimpan dalam sejumlah komputer yang lebih sedikit dan tidak menawarkan kekekalan yang sama.

Sampai dengan hari ini Blockhain menjalankan tugasnya mencatat seluruh transaksi. Dari 21 juta koin, telah ada 18 juta Bitcoin yang ada dan tiap transaksi yang digunakan direkam dalam Blockchain.

Penjelasan Blockchain

Blockchain adalah sistem pencatatan transaksi di banyak database yang tersebar luas di banyak komputer yang masing-masing memuat catatan yang identikal. Dengan catatan transaksi yang ter-desentralisasi ini, maka hampir tidak mungkin untuk diretas atau dirubah secara sepihak, tanpa menguasai jumlah mayoritas dari semua database atau komputer tersebut.

Mengenal Blockchain: Sejarah, Pengertian dan Cara Kerjanya

Mengenal Blockchain: Sejarah, Pengertian dan Cara Kerjanya

Blockchain Bitcoin merupakan database bersama yang mencatat seluruh transaksi Bitcoin yang pernah dibuat pada buku kas permanen yang terdesentralisasi dan publik. Semua orang bisa melihatnya, sistem ini sangatlah aman, dan sepenuhnya bebas dari peran otoritas pusat.

Seluruh transaksi bersifat tetap dan diverifikasi oleh jaringan penambang anonim, yang artinya Anda akan selalu mengetahui perjalanan yang telah dilalui oleh sebuah Bitcoin.

Blockchain juga tidak menggunakan pihak ketiga. Artinya, catatan transaksi-transaksi yang sudah terjadi, disimpan oleh banyak komputer yang tersebar di jaringan itu sendiri. Jadi akan lebih susah untuk men-hack sistem ratusan atau ribuan komputer, dan kemungkinannya kecil untuk semua komputer itu mengalami gangguan di waktu yang sama.

Cara Kerja Blockchain

Blockchain dimulai ketika sebuah blok menerima data baru. Sistem Blockchain sendiri terdiri atas transaksi dan blok. Setiap blok berisi rangkaian hash kriptografi dan hash dari blok sebelumnya, sehingga dapat membentuk sebuah jaringan.

Dengan metode tersebut, artinya setiap blok tidak perlu memiliki nomor seri, hash memungkinkan setiap blok dapat memverifikasi integritasnya. Setiap blok akan menegaskan validitasnya dari blok sebelumnya. Keterkaitan blok bukanlah satu-satunya hal yang membuat jaringan tetap aman.

Jika dilihat dari sistem penamaanya, Blockchain sendiri terdiri dari dua kata, yakni block yang berarti kelompok, dan chain atau rantai. Hal ini mencerminkan cara kerja Blockchain yang memanfaatkan resource komputer untuk membuat blok-blok yang saling terhubung (chain) guna mengeksekusi sebuah transaksi.

Sifatnya yang P2P (Peer to Peer) membuat komputer dalam jaringan memeriksa dan memastikan informasi atau data dalam blok adalah transaksi yang valid. Proses ini adalah proses terdesentralisasi yang terjadi di antara berbagai node jaringan. Dengan Blockchain, semua kegiatan yang berhubungan dengan aset kripto bisa terjadi. Mulai dari trading, investasi, hingga mining aset kripto, blockchain menjadi medium yang mewadahi segala kegiatan tersebut.

Fakta bahwa teknologinya terdesentralisasi, dan tidak dapat diubah atau diedit membuatnya ideal untuk transaksi keuangan dan penyimpanan informasi penting.

Meski Blockchain bermanfaat untuk menjaga privasi pengguna, namun sayangnya terkadang image menjaga privasi ini dianggap sebagai metode pembayaran pilihan bagi penjahat cyber karena simpul jaringan Bitcoin tidak harus mengungkapkan identitas orang yang membuat atau menerima pembayaran.

Lita Alisyahbana
20 Comments

20 Comments

  1. Pingback: Perbedaan Holochain dan Blockchain dalam Cryptocurrency

  2. Pingback: Mengenal Non Fungible Token, Tren Baru Aset Digital

  3. Pingback: Binance dan MDI Ventures Telkom Bentuk Bursa Kripto

  4. Pingback: Pengertian Bitcoin Mining dan Perangkat yang Digunakan

  5. Pingback: Token Kripto Anang Hermansyah (ASIX) Siap Diluncurkan!

  6. Pingback: Mengenal Zuck Bucks, Mata Uang Digital Metaverse

  7. Pingback: Staking Crypto, Cara Aman dan Tetap Untung Investasi Kripto

  8. Pingback: Ratu Kripto Diburu, FBI Siap Beri Hadiah Miliaran

  9. Pingback: Skema Ponzi Kripto Terungkap, Kerugian Capai Rp 4,5 Triliun

  10. Pingback: Pencurian Kripto Tembus Rp 28 Triliun Sepanjang 2022

  11. Pingback: Aset NFT Apakah Cocok Untuk Jadi Pilihan Investasi?

  12. Pingback: Platform Binance Dibobol, Aset Kripto Triliunan Dicuri

  13. Pingback: Kripto Bitcoin Masuk di Guinness World Records!

  14. Pingback: Pencurian Bitcoin Senilai Rp 50 Triliun Terbongkar!

  15. Pingback: Prediksi Bitcoin Masuk Fase Jenuh di 2023

  16. Pingback: Penambangan Bitcoin Core Scientific Diduga Lakukan Penipuan

  17. Pingback: Jumlah Kripto Cardano yang Dimiliki untuk Menjadi Milyuner

  18. Pingback: Panduan Cara Investasi Kripto Jangka Panjang

  19. Pingback: Rencana Dompet Crypto Dalam Microsoft Edge

  20. Pingback: Bitcoin Halving 2024 dan Perkiraan Masa Depan Aset Kripto

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Advertisement
To Top