Crypto

Pencurian Kripto Kembali Terjadi, Rp 1,48 Triliun Lenyap

Pencurian Kripto Kembali Terjadi, Rp 1,48 Triliun Lenyap

Pencurian Kripto Kembali Terjadi, Rp 1,48 Triliun Lenyap

Pencurian kripto kembali terjadi, kali ini koin digital US$100 juta koin atau sekitar Rp1,482 triliun diklaim telap lenyap. Kasus ini sendiri terjadi pada perusahaan kripto Amerika Serikat yakni Harmony. Dilansir dari Reuters, Minggu (26/6/2022), Harmony mengembangkan sistem blockchain yang disebut dengan keuangan terdesentralisasi pada situs peer to peer yang menawarkan pinjaman dan layanan lain.

Perusahaan yang berbasis di California ini menyebutkan, pencurian itu berasal dari Horizon atau alat untuk mentransfer kripto antara berbagai blockchain. Atau perangkat lunak dasar yang digunakan oleh token digital seperti bitcoin dan eter.

Setelah serangan peretasan tersebut, beberapa mitra keamanan siber, mitra pertukaran dan FBI diberitahu dan diminta untuk membantu penyelidikan. Dalam hal ini adalah untuk mengidentifikasi pelaku dan mengambil kembali aset curian.

Baca Juga: Marak Pencurian Kripto, Apa yang Perlu Dilakukan oleh Investor?

Beberapa Kisah Pencurian Kripto

Untuk informasi, kasus-kasus peretasan telah lama menerpa perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor kripto dengan menargetkan sistem jembatan blockchain. Perusahaan analis blockchain di London, Elliptic, memperkirakan lebih dari US$1 miliar (Rp14,8 triliun) telah dicuri lewat modus tersebut pada 2022.

Elliptic, yang melacak data blockchain yang dapat dilihat publik, mengatakan para peretas mencuri sejumlah mata uang kripto yang berbeda dari Harmony. Termasuk Ether, Tether, dan USD Coin, yang kemudian mereka tukarkan dengan Ether menggunakan pertukaran terdesentralisasi.

Sebelumnya, peneliti sudah jauh-jauh hari memperingatkan bahwa keamanan jembatan Horizon bergantung pada dompet multisignature alias multisig yang hanya membutuhkan dua tanda tangan untuk memulai transaksi.

Sebelumnya pada Maret, peretas juga berhasil mencuri kripto senilai sekitar US$615 juta (Rp9,1 triliun) dari Ronin Bridge yang digunakan untuk mentransfer kripto masuk dan keluar dari game Axie Infinity. Amerika Serikat mengaitkan kasus ini dengan peretas Korea Utara, Lazarus.

Baca Juga: Hacker Berhasil Retas dan Curi Kripto Rp 8,7 T

Selain itu, platform keuangan Wormhole juga kehilangan hampir US$325 juta (Rp4,8 triliun) pada Februari setelah peretas mengeksploitasi kelemahan keamanan dalam kode kontrak pintarnya.

Peran Penting Jembatan Blockchain

Dalam mata uang digital, jembatan blockchain memiliki peran besar dalam ruang DeFi. Yakni menawarkan kepada pengguna cara mentransfer aset mereka dari satu blockchain ke blockchain lainnya. Dalam kasus peretasan Horizon, pengguna dapat mengirim token dari jaringan Ethereum ke Binance Smart Chain. Harmony mengatakan, serangan itu tidak memengaruhi jembatan terpisah untuk bitcoin.

Pada aspek lain dari DeFi, yang bertujuan untuk membangun kembali layanan keuangan tradisional seperti pinjaman dan investasi di blockchain. Jembatan telah menjadi target utama bagi peretas karena kerentanan dalam kode dasarnya.

Jika dilihat dari sistem penamaanya, blockchain sendiri terdiri dari dua kata, yakni block yang berarti kelompok, dan chain atau rantai. Hal ini mencerminkan cara kerja blockchain yang memanfaatkan resource komputer untuk membuat blok-blok yang saling terhubung (chain) guna mengeksekusi sebuah transaksi.

Baca Juga: Panduan Penting Memahami Seluk Beluk Trading Crypto

Meski blockchain bermanfaat untuk menjaga privasi pengguna, namun sayangnya terkadang image menjaga privasi ini dianggap sebagai metode pembayaran pilihan bagi penjahat cyber. Pasalnya simpul jaringan bitcoin tidak harus mengungkapkan identitas orang yang membuat atau menerima pembayaran.

Benny SR
1 Comment

1 Comment

  1. Pingback: Aplikasi Kripto Palsu Diungkap FBI, Kerugian Hingga Miliaran

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

To Top