Finansial

Sempat Jadi Miliarder, Kini Warga Tuban Kembali Jadi Miskin

Sempat Jadi Miliarder, Kini Warga Tuban Kembali Jadi Miskin

Sempat Jadi Miliarder, Kini Warga Tuban Kembali Jadi Miskin

Dari berbagai sumber, dikabarkan bahwa warga kampung miliader Tuban kini jatuh miskin. Hal ini dikarenakan tidak ada lagi sumber penghasilan yang bisa didapatkan saat masih menggarap lahan pertaniannya. Sejumlah warga kampung miliarder tersebut kini justru mengaku menyesal telah menjual lahannya.

Seperti yang diketahui, sejumlah warga desa di Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Tuban, Jawa Timur mendadak menjadi miliarder usai mendapat ganti rugi dari penjualan tanah dan lahan untuk proyek pembangunan kilang minyak PT Pertamina pada Februari 2021.

Ratusan warga desa ini mendapat rejeki nomplok. Bahkan saat ini warga sudah berstatus miliarder akibat mendapat ganti rugi dari lahan pertanian yang akan dijadikan proyek pembangunan kilang minyak grass root refinery Tuban itu.

Selain itu, deretan mobil-mobil mewah baru pun masih bertebaran di garasi-garasi rumah baru warga. Meski mayoritas warga masih menjadi petani, namun rumah-rumah warga di desa ini sangat mengesankan bahwa mereka bekerja di sebuah perusahaan di kota besar.

Terkait dengan kejadian tersebut, Arin Setyowati yang merupakan pakar ekonomi Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, menilai minimnya pengetahuan literasi keuangan pada masyarakat Sumergeneng, Tuban tergolong rendah.

Uang miliaran yang diperoleh dari ganti rugi tersebut habis tanpa didasari perhitungan jangka panjang untuk menopang keberlanjutan hidup selanjutnya. Arin menjelaskan, literasi keuangan adalah kemampuan seseorang dalam memahami secara efektif pengelolaan keuangan. Sehingga seseorang bisa memprioritaskan mana yang urgen dipenuhi dan tidak.

Mengutip laman UM Surabaya pada hari Selasa (1/2/2022), Arin menyampaikan, “Literasi keuangan menjadi salah satu skill penting yang dibutuhkan masa kini, dan internalisasinya perlu sedini mungkin sehingga akan membentuk habit dan menjadi karakter baik bagi setiap generasi”.

Selain itu, Arin juga mengatakan bahwa ada setidaknya 3 kesalahan dari para warga Sumurgeneng terkai literasi keuangan tersebut. Di antaranya adalah: Without planning (tanpa rencana) , Over budgeting (sehingga yang dibelanjakan lebih banyak dan sifatnya konsumtif), dan yang dibeli bukan aset produktif yang bisa menjadi alternatif sebagai pendapatan pengganti untuk keberlangsungan hidup selanjutnya.

Sementara itu, Pakar Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan UGM Hempri Suyatna menyampaikan, bahwa fenomena munculnya warga kampung miliarder Tuban yang tiba-tiba menjadi jatuh miskin menunjukkan adanya fenomena culture shock atau gegar budaya yang tidak dapat dikelola dengan baik. Menurutnya, masyarakat tidak siap menghadapi proses perubahan yang terjadi dan sayangnya tidak ada pendampingan dari pemerintah atau perusahaan di dalam mengelola uang ganti rugi tersebut.

Melansir dari laman UGM hari Rabu (26/1/2022), Hempri mengatakan, “Budaya konsumtif dan budaya instan yang ada di masyarakat seringkali menyebabkan masyarakat tidak berpikir untuk jangka panjang”.

Dia menegaskan, fenomena warga kampung miliarder Tuban yang jatuh miskin ini tidak hanya akan terjadi di sana saja. Akan tetapi, perlu diantisipasi untuk daerah-daerah lain yang mengalami ganti rugi lahan sebagai dampak dari proyek pembangunan.

Namun, Kepala Desa (Kades) Sumurgeneng Gianto angkat bicara membantah kabar masyarakatnya jatuh miskin setelah setahun menerima uang ganti rugi pembebasan lahan kilang minyak Pertamina GRR Tuban. Menurutnya, masyarakat Desa Sumurgeneg sekarang justru semakin sejahtera setelah menerima uang ganti rugi yang jumlahnya mencapai miliaran tersebut.

Mengutip dari Kompas pada hari Senin (31/1/2022), Gianto mengatakan, “Kalau pemberitaan di media soal kampung Sumurgeneg sudah tidak lagi punya uang dan jatuh miskin saya pikir tidak seperti itu dan itu tidak benar”.

Gianto juga menjelaskan bahwa setelah menerima uang ganti rugi tersebut, warga menggunakan untuk membeli tanah yang lebih luas, di luar desa Sumurgeneng.

Di sisi lain, Gianto juga membantah, banyak warga di Sumurgeneng menjadi pengangguran usai melepas lahan mereka. Menurutnya, pemberitaan terkait hal itu kurang pas dengan kondisi aktual di daerahnya. Saat ini, kata Gianto, proses penyerapan warga untuk bekerja di Pertamina masih terus berlangsung.

William Adhiwangsa
1 Comment

1 Comment

  1. Pingback: Literasi Keuangan, Mengapa Penting Untuk Dipahami?

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

To Top