Dalam kabar yang ramai diberitakan, dilaporkan bahwa simpanan aset Bitcoin (BTC) milik perusahaan Elon Musk yakni Tesla merugi US$ 34 juta atau setara dengan Rp 508,5 miliar. Pada laporan tersebut, juga dikatakan bahwa Tesla tidak membeli atau menjual Bitcoin apapun pada kuartal terakhir 2022.
Sekadar informasi, menurut data dari CoinGecko diketahui Bitcoin diperdagangkan di bawah US$ 20.000 atau setara Rp 299,1 juta pada akhir September 2022 lalu. Sebelum jatuh di bawah US$ 16.000 atau setara Rp 239,4 juta pada akhir tahun.
Untuk diketahui, dalam dunia akuntansi, biaya penurunan nilai adalah pengurangan nilai aset di bawah nilai tercatatnya atau biaya perolehan aset. Jika melihat konteks kepemilikan BTC Tesla, ini berarti meskipun perusahaan masih memiliki jumlah BTC yang sama di neraca, nilai pasar simpanan telah turun dibandingkan kuartal sebelumnya.
Tesla sendiri bergabung dengan jajaran perusahaan yang memegang aset cryptocurrency terkemuka ketika mengungkapkan telah berinvestasi US$ 1,5 miliar dalam Bitcoin di Februari 2021 silam. Dan berita itu sontak mendorong harga BTC ke rekor tertinggi baru pada saat itu.
Baca Juga: Bitcoin Halving: Pengertian dan Efek Terhadap Pasar Kripto
Apa Itu Bitcoin?
Bitcoin, sering kali digambarkan sebagai mata uang virtual atau mata uang digital, dan merupakan jenis uang yang sepenuhnya virtual. Dalam pengertian sederhananya, Bitcoin bisa dibayangkan seperti versi digital dari uang tunai. Para pemilik Bitcoin dapat menggunakan mata uang digital tersebut sebagai alat pembayaran untuk membeli produk atau membayar jasa.
Diketahui, sudah ada beberapa layanan yang menerima Bitcoin sebagai alat pembayarannya. Dan Bitcoin menjadi berharga karena orang-orang bersedia menukarnya dengan barang atau jasa nyata, bahkan rela menukarnya dengan uang tunai.
Setiap ‘keping’ Bitcoin pada dasarnya adalah file komputer yang disimpan dalam aplikasi dompet digital di smartphone atau komputer. Pemilik Bitcoin bisa bertransaksi dengan cara mengirimkan (satu atau sebagian) uang digital tersebut melalui dompet digital.
Lalu, setiap transaksi Bitcoin dicatat dalam daftar publik yang disebut jaringan Blockchain. Hal ini memungkinkan pelacakan riwayat Bitcoin, sehingga mencegah seseorang membelanjakan koin yang tidak mereka miliki, membuat salinan (copy) Bitcoin, atau membatalkan transaksi.
Baca Juga: Apa Perbedaan Antara Holochain dan Blockchain?
Aset Bitcoin Jadi Kripto Paling Populer
Sampai dengan hari ini, Bitcoin masih menjadi mata uang kripto paling terkenal di dunia. Namun, sebelum mencapai harga yang fantastis di hari ini, Bitcoin sendiri memiliki perjalanan panjang yang dimulai pada tahun 1990-an. Hingga pada tahun 2008-2009, Bitcoin hadir dan membuat banyak orang heboh. Namun, ada fakta yang membuat Bitcoin menjadi kripto paling populer, diantaranya adalah:
1. Pencipta Bitcoin yang Misterius
Sampai dengan hari ini masih banyak orang yang bertanya-tanya mengenai siapa sebenarnya sosok Satoshi Nakamoto. Nama Satoshi Nakamoto sendiri sudah tak asing di kalangan investor kripto. Pasalnya, sosok ini dianggap sebagai pencipta aset kripto alias Bitcoin. Satoshi Nakamoto adalah nama samaran yang sejak tahun 2008 belum ada yang pernah mengaku bahkan membuka identitas tentang siapa sosok fenomenal dibalik nama yang menciptakan uang digital berbasis kripto tersebut.
2. Keseluruhan Nilai Bitcoin Ditaksir Mencapai Rp 13.580 Triliun
Meski Bitcoin tidak menjadi mata uang digital yang memiliki harga paling tinggi, namun banyak orang percaya bahwa Bitcoin memiliki nilai yang stabil jika dibandingkan dengan mata uang digital yang lain. Dalam beberapa sumber, dikabarkan bahwa sejak diciptakan pada 2009 silam, hingga hari ini nilai total keseluruhan pasar Bitcoin mencapai angka US$ 907 miliar, atau sekitar Rp 13.580 triliun.
Baca Juga: Bitcoin Masuk di Guinness World Records!
- Cara Setting Indikator Bollinger Band yang Tepat - Desember 1, 2024
- Memahami Pola Candlestick Outside Bar dalam Analisis Teknikal Forex - November 25, 2024
- Panduan Strategi Trading Harian dengan Spread Forex Kecil - November 20, 2024