Seperti pada kabar yang sudah beredar, dengan alasan untuk menyelamatkan ekonomi Indonesia dari dampak wabah virus corona, Badan Anggaran DPR RI memberi usul kepada pemerintah dan Bank Indonesia (BI) untuk mencetak uang hingga Rp 600 triliun.
Usulan ini bahkan sebelumnya juga pernah ditanyakan kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani. Tetapi bendahara negara itu mengatakan, bahwa akan ada potensi inflasi yang tinggi jika prosesnya tidak dilakukan dengan cermat.
Soal inflasi ini juga dibahas oleh Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira. Ia bahkan juga menyayangkan usulan DPR mengenai soal pencetakan uang ratusan trilun itu yang tanpa kajian secara menyeluruh.
Namun, Ketua Badan Anggaran MH Said Abdullah mengatakan, dalam cetak uang ini inflasinya bisa dihitung. Menurutnya, dengan BI mencetak uang Rp 600 triliun maka inflasinya diperkirakan 5-6 persen.
Dalam penjelasannya, Said menyatakan, “Kalau nyetak uang Rp 600 triliun kemudian seakan-akan uangnya banjir, tidak juga. Hitungan kami kalau BI nyetak Rp 600 triliun itu inflasinya sekitar 5-6 persen, tidak banyak. Masa Rp 600 triliun tiba-tiba inflasi akan naik 60-70 persen dari mana hitungannnya”.
Said juga menambahkan, kondisi saat ini adalah kegentingan yang memaksa. Menurutnya, perlu peran BI untuk membantu pemerintah dalam mengatasi dampak virus corona.
“Karena kegentingan memaksa tahun ini saja supaya apa yang direncanakan dimasukkan refocusing, realokasi dilakukan pemerintah Rp 405 triliun berjalan sesuai target pemerintah maka perlu BI diharapkan peran sentralnya sebagai the last resource, nyetak uang doang Rp 600 triliun tapi dengan bunga 2,5 persen”, tambahnya
Menurut Said, jika uang yang dicetak banjir dan mengerek angka inflasi, BI bisa menaikkan giro wajib minimum (GMW) di tahun depan.
“Kalau nyetak uang Rp 600 triliun, kalau kemudian banjir inflasi terlalu tinggi, kan tinggal menaikkan GMW lakukan lagi tahun depan pengetatan”, katanya.
Sebagai tambahan informasi, mengenai usulan mencetak uang ratusan triliun itu, Said menjelaskan bahwa ada hal yang berdasar pada dua hal.
Yang pertama ancaman terhadap keringnya likuiditas perbankan sebagai akibat menurunnya kegiatan ekonomi, sehingga kemampuan debitur membayar kredit juga menurun. Yang kedua, membesarnya kebutuhan pembiayaan APBN yang tidak mudah ditopang dari pembiayaan utang melalui skema global bond, maupun pinjaman internasional melalui berbagai lembaga keuangan.
- 5 Alasan Mengapa Mindset Trading Lebih Penting daripada Strategi dalam Forex - Desember 8, 2024
- Averaging Trading Forex: Strategi Menambah Profit dan Mengurangi Kerugian - Desember 6, 2024
- Bagaimana Cara Mendeteksi Money Game Berkedok Forex? - Desember 5, 2024