Krisis keuangan atau krisis bank merupakan salah satu ancaman yang dapat mengguncang perekonomian global. Dalam beberapa dekade terakhir, dunia telah menyaksikan beberapa krisis keuangan besar. Seperti misalnya krisis finansial global tahun 2008 yang berdampak secara luas pada ekonomi global. Menyikapi hal ini, para ekonom dan ahli keuangan terus melakukan analisis dan prediksi terhadap potensi krisis bank di masa depan.
Salah satu perusahaan keuangan terkemuka yang sering kali dijadikan referensi dalam analisis dan prediksi ini adalah JPMorgan Chase & Co., atau yang lebih dikenal sebagai JPMorgan. JPMorgan sendiri merupakan salah satu bank investasi terbesar di dunia dan memiliki pengaruh yang signifikan dalam pasar keuangan global. Oleh karena itu, ketika bos JPMorgan, Jamie Dimon, memberikan ramalannya terkait krisis bank, para pelaku pasar dan investor cenderung mengambilnya dengan serius.
Misalnya pada tahun 2019, Jamie Dimon mengeluarkan pernyataan yang cukup kontroversial terkait potensi krisis bank di masa depan. Menurutnya, krisis bank bukanlah suatu hal yang tidak mungkin terjadi lagi dalam waktu dekat. Bahkan, ia memprediksi bahwa krisis bank yang lebih parah dari krisis finansial global tahun 2008 masih akan terjadi. Pernyataan Dimon saat itu tentu saja mengejutkan banyak pihak, terutama karena ia adalah seorang pemimpin bank yang memiliki akses terhadap banyak informasi dan data keuangan.
Salah satu faktor yang menjadi dasar pernyataan Jamie Dimon ketika itu adalah perkembangan ekonomi global yang tidak stabil. Ia mengungkapkan keprihatinannya terhadap ketidakpastian ekonomi global. Termasuk ketegangan perdagangan antara AS dan China, ketidakpastian Brexit, serta potensi resesi di beberapa negara. Ketidakpastian ekonomi global ini dapat menjadi pemicu bagi terjadinya krisis bank, terutama jika terjadi penurunan ekonomi secara tiba-tiba dan signifikan.
Baca Juga: Runtuhnya Perbankan di AS Jadi Nasib Baik Untuk Industri Kripto
Krisis Bank Guncang Perekonomian Bertahun-tahun yang Akan Datang
Kini, Dimon juga mengeluarkan komentar yang bahkan dianggap menghawatirkan. Dimon mengatakan bahwa krisis bank akan mengguncang perekonomian bertahun-tahun yang akan datang. Hal ini karena tekanan pada sektor keuangan yang disebabkan oleh dua kegagalan bank di Amerika Serikat (AS) bulan lalu masih menjadi ancaman dan harus diatasi dengan menata ulang proses regulasi.
Dalam surat tahunan yang diberikan kepada pemegang saham, Jamie menguraikan mengenai kerusakan parah yang timbul termasuk terjadinya kehancuran sistem keuangan di semua bank. Baik bank besar maupun kecil sehingga mendesak anggota parlemen untuk berpikir dengan hati-hati sebelum menanggapinya dengan peningkatan regulasi.
“Saat saya menulis surat ini, krisis saat ini belum berakhir, dan bahkan ketika itu sudah berlalu, akan ada dampaknya selama bertahun-tahun yang akan datang. Kegagalan ini tidak baik untuk bank dengan ukuran apa pun.Tapi yang terpenting, kejadian baru-baru ini tidak seperti yang terjadi selama krisis keuangan global 2008”, kata Jamie.
Pernyataan tersebut menanggapi laporan bahwa lembaga keuangan besar mendapat manfaat besar dari runtuhnya SVB dan Signature Bank. Karena pelanggan yang waspada mencari keamanan dengan memindahkan uang bernilai miliaran dolar ke bank besar. Dalam sebuah catatan bulan lalu, analis perbankan Wells Fargo Mike Mayo membuat tulisan berjudul “Goliath menang”. Tulisan itu menyebutkan, JPMorgan khususnya, akan mendapat manfaat dari lebih banyak simpanan dalam waktu yang kurang pasti ini.
Baca Juga: Kasusnya Memicu Krisis Ekonomi Global, Apa Itu Evergrande?
Kegagalan SVB dan Signature Bank
Seperti yang diketahui, masalah perbankan baru-baru ini di AS dimulai dengan runtuhnya Silicon Valley Bank (SVB). Yang ditutup oleh regulator pada 10 Maret karena deposan menarik puluhan miliar dolar dari bank tersebut. Bank yang lebih kecil kemudian ditutup dua hari kemudian. Dan di Eropa, regulator Swiss menengahi pembelian Credit Suisse oleh UBS.
Kegagalan SVB dan Signature Bank, menurut Dimon, tidak ada hubungannya dengan bank yang melanggar peraturan. Dia mengatakan bahwa paparan suku bunga SVB yang tinggi dan sejumlah besar simpanan yang tidak diasuransikan sudah diketahui baik oleh regulator maupun pasar pada umumnya.
“Kegagalan Silicon Valley Bank (SVB) baru-baru ini di Amerika Serikat dan Credit Suisse di Eropa, dan tekanan terkait dalam sistem perbankan. Menggarisbawahi bahwa memenuhi persyaratan peraturan saja tidak cukup. Risikonya melimpah, dan mengelola risiko tersebut membutuhkan pengawasan yang konstan dan waspada seiring perkembangan dunia,” tulis Dimon.
Baca Juga: Apa Pengaruh Resesi Terhadap Forex?
- Bagaimana Cara Membaca Analisa Sentimen Pasar Forex Secara Akurat? - Desember 12, 2024
- Apa Saja Pola Grafik Forex yang Menandai Tren Bullish? - Desember 11, 2024
- 5 Alasan Mengapa Mindset Trading Lebih Penting daripada Strategi dalam Forex - Desember 8, 2024