Crypto

Volume Perdagangan Non Fungible Token Anjlok 90 Persen

Volume Perdagangan Non Fungible Token Anjlok 90 Persen

Volume Perdagangan Non Fungible Token Anjlok 90 Persen

Dalam kabar yang terbaru, pasar Non Fungible Token (NFT) juga terdampak oleh fase crypto winter. Mengutip data dari cryptosales.com hari Senin (2/1/2023), volume perdagangan NFT di semua sektor anjlok hingga hampir 90 persen year over year (YoY). Sementara jika melihat data dari Crypto Presales, nilai penjualan NFT global tumbang 76 persen yoy mencapai USD 638 juta atau sekitar Rp 9,93 triliun pada Desember 2022.

Sejak jatuhnya pasar kripto, kepercayaan terhadap NFT telah memudar dengan kurangnya kejelasan, pencurian dan penipuan menambah tekanan. Sehingga hal ini menyebabkan transaksi NFT tercatat tumbang hingga 38 persen yoy.

Pada bulan Januari 2022, angka ini mencapai tertinggi sepanjang masa sebesar US$ 4,77 miliar atau sekitar Rp 74,23 triliun. Namun, seluruh pasar melambat signifikan pada bulan berikutnya. Nilai penjualan turun menjadi US$ 2,5 miliar pada Maret.

Dan setelah melonjak menjadi US$ 3,8 miliar pada April, nilai penjualan NFT turun selama enam bulan berturut-turut. Pada Oktober, penjualan NFT global gagal menembus US$ 500 juta untuk pertama kali sejak Juli 2021.

Baca Juga: Apakah Aset NFT Cocok Untuk Investasi?

Apa Itu Non Fungible Token?

Dijelaskan bahwa NFT merupakan aset digital yang mewakili objek dunia nyata seperti seni, musik, item dalam game, hingga video. NFT bisa dibeli dan dijual secara online, seringkali dengan cryptocurrency atau mata uang kripto dan umumnya dikodekan dengan software yang sama dengan banyak kripto.

Dengan Non Fungible Token, karya seni dapat ‘ditokenisasi’ untuk membuat sertifikat kepemilikan digital yang dapat dibeli dan dijual. Seperti kripto, catatan tentang siapa yang memilikinya akan disimpan di buku besar bersama yang dikenal sebagai sistem Blockchain.

Catatan itu tidak dapat dipalsukan karena buku besar dikelola oleh ribuan komputer di seluruh dunia. Oleh karena itu, sebuah karya seni Non Fungible Token selalu unik dan dapat diautentikasi dengan teknologi Blockchain melalui sertifikat keaslian dan kepemilikan yang tidak dapat diubah. Pembeli dapat melacak kembali kepemilikan dari sebuah NFT ke pencipta tanpa perantara atau rumah lelang untuk mengkonfirmasi.

Baca Juga: Memahami Staking NFT dan Panduan Cara Kerjanya

Sempat Booming Di Indonesia

Sebelumnya, NFT juga sempat booming di Tanah Air. Hal ini muncul karena sosok pria bernama Ghozali Everyday. Pasalnya, pemuda asal Solo itu menjual foto selfie-nya dan tiap gambar tersebut dijadikan Non Fungible Token dengan harga 0,001 ETH atau kisaran Rp 48 ribu. Total ada 933 foto yang ditawarkan.

Tak dia duga banyak yang meminatinya. Dari berbagai sumber diketahui, Ghozali menjual foto dirinya di OpenSea. Item yang dijajakan merupakan koleksi foto selfie-nya yang diambil tiap hari sejak usia 18 hingga 22 tahun, dalam rentang tahun 2017 hingga 2021.

Dari total 933 foto yang ditawarkan saat itu, foto selfie Ghozali hanya tinggal tersisa 331 NFT. Sisanya ludes terjual dalam kurun waktu tiga hari. Penjualan aset digital itu pun membuat Ghozali menembus peringkat 30 besar volume perdagangan 24 jam OpenSea.

Dia mencatatkan presentasi penjualan 54764,77 persen. Atas viralnya penjualan NFT tersebut, Ghozali mendadak trending di Twitter. Tak sedikit orang yang geleng-geleng kepala dengan ide menjual foto selfie tersebut.

Baca Juga: Sejumlah Risiko Dibalik Cuan NFT

Lita Alisyahbana
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

To Top