Forex

Mengapa Banyak Trader Lebih Memilih Floating Loss Forex Daripada Kena Stop Loss?

Mengapa Banyak Trader Lebih Memilih Floating Loss Forex Daripada Kena Stop Loss?

Mengapa Banyak Trader Lebih Memilih Floating Loss Forex Daripada Kena Stop Loss?

Dalam dunia trading forex, ada dua hal yang sering menjadi dilema utama bagi para trader. Terutama yang masih berada pada tahap pembelajaran atau sedang mengalami proses konsistensi: cut loss atau biarkan posisi floating loss. Pilihan ini tampaknya sepele, tetapi dampaknya sangat besar terhadap psikologi, manajemen risiko, dan tentu saja keberlangsungan akun trading.

Ada banyak trader yang memilih untuk membiarkan posisi trading dalam kondisi floating loss (rugi mengambang) daripada menerima kenyataan bahwa harga telah menyentuh stop loss. Artikel ini akan membahas secara mendalam mengapa kondisi ini terjadi, apa penyebab psikologis dan teknikalnya. Serta bagaimana hal ini bisa menjadi kebiasaan berbahaya jika tidak segera dikendalikan.

Baca Juga: Cut Loss VS Stop Loss, Mana Yang Lebih Baik?

Pengertian Floating dan Stop Loss dalam Trading Forex

Apa Itu Floating Loss?

Floating loss adalah kerugian yang terjadi ketika nilai pasar dari aset atau posisi trading tertentu turun di bawah harga pembelian awalnya. Saat posisi trading masih terbuka atau belum ditutup, kerugian ini belum diakui atau direalisasikan secara nyata, sehingga disebut “floating” atau mengambang.

Contoh:

1. Seorang trader membuka posisi beli (buy) EUR/USD di harga 1.1000.
2. Harga kemudian turun ke 1.0950.
3. Jika posisi tersebut belum ditutup, maka kerugian sebesar 50 pip disebut sebagai floating loss.

Apa Itu Stop Loss?

Stop loss adalah fitur pada platform trading yang digunakan untuk membatasi kerugian. Ketika harga menyentuh level stop loss yang telah ditentukan, maka posisi akan otomatis tertutup untuk mencegah kerugian yang lebih besar. Penggunaan stop loss sangat erat kaitannya dengan manajemen risiko dan disiplin dalam trading.

Alasan Utama Mengapa Trader Lebih Memilih Floating Daripada Stop Loss

1. Harapan Akan Reversal Harga

Salah satu alasan paling umum adalah harapan bahwa harga akan berbalik arah (reversal). Trader percaya bahwa pergerakan harga saat ini hanya sementara dan dalam waktu dekat akan kembali ke arah yang diinginkan. Namun, ini adalah jebakan psikologis yang disebut dengan “hope syndrome” (di mana trader berharap lebih dari pada mengambil keputusan rasional berdasarkan analisis).

2. Ketakutan Akan Kehilangan Kesempatan

Stop loss kadang-kadang mengenai target terlalu cepat (karena volatilitas tinggi), lalu harga malah kembali ke arah analisa. Pengalaman ini membuat banyak trader kapok menggunakan stop loss secara ketat dan memilih membiarkan floating. Hal ini juga berkaitan dengan “fear of missing out” (FOMO), yaitu rasa takut kehilangan peluang profit jika posisi ditutup terlalu dini.

3. Enggan Mengakui Kesalahan

Memasang stop loss dan menerimanya saat kena adalah bentuk pengakuan bahwa analisa kita salah. Bagi sebagian orang, terutama yang ego-nya tinggi, ini sangat sulit dilakukan. Mereka lebih nyaman melihat kerugian mengambang daripada harus mengakui kesalahan dan keluar dari pasar.

4. Kebiasaan Averaging Down

Beberapa trader lebih memilih untuk menambah posisi ketika floating. Yakni dengan harapan akan mendapatkan harga rata-rata yang lebih baik dan akan lebih cepat pulih saat harga berbalik arah. Strategi ini sangat populer tetapi berisiko tinggi, terutama dalam kondisi pasar trending yang kuat.

5. Kurangnya Disiplin Manajemen Risiko

Tidak semua trader punya sistem trading yang dilengkapi dengan manajemen risiko yang ketat. Banyak dari mereka trading hanya berdasarkan perasaan, insting, atau bahkan gambling. Dalam kondisi seperti ini, stop loss dianggap sebagai penghambat potensi profit, padahal justru sebaliknya.

Dampak Psikologis Floating Loss yang Dibiarkan

1. Stres dan Ketegangan Berkepanjangan

Floating loss yang dibiarkan bisa menimbulkan tekanan psikologis yang besar. Trader menjadi gelisah, tidak fokus, bahkan sampai berdampak pada kehidupan pribadi. Banyak trader pemula tidak menyadari bahwa kecemasan finansial bisa berpengaruh pada kualitas hidup dan kesehatan mental.

2. Ketagihan Floating

Anehnya, beberapa trader bisa menjadi “ketagihan floating” karena mereka merasa belum benar-benar rugi sebelum posisi ditutup. Ini menciptakan ilusi bahwa selama posisi belum ditutup, masih ada harapan.

3. Menurunnya Objektivitas Analisis

Saat trader membiarkan floating loss besar, mereka seringkali kehilangan objektivitas dalam menganalisis pasar. Keputusan-keputusan yang diambil tidak lagi berdasarkan data, melainkan emosi.

Mengapa Floating Bisa Berakhir Fatal?

1. Margin Call dan Stop Out

Semakin besar floating, semakin besar margin yang termakan. Ketika ekuitas turun di bawah margin yang disyaratkan broker, maka trader akan terkena margin call atau bahkan stop out, di mana posisi ditutup paksa oleh broker.

2. Efek Komulatif pada Akun

Satu floating besar mungkin tidak langsung menghancurkan akun. Tapi jika terjadi berkali-kali, itu akan menggerogoti modal secara perlahan, dan suatu saat bisa menjadi fatal.

Perspektif Profesional: Apa Kata Trader Sukses?

Trader profesional seperti Paul Tudor Jones, Mark Douglas, dan Alexander Elder sepakat bahwa kerugian adalah bagian dari bisnis trading. Mereka selalu menekankan pentingnya:

1. Memiliki rencana trading.
2. Disiplin dengan stop loss.
3. Menjaga psikologi tetap tenang.

Tidak ada satu pun trader sukses dunia yang membiarkan floating loss tanpa alasan kuat.

Baca Juga: 3 Hal Penting yang Harus Anda Lakukan Ketika Posisi Floating

Kapan Floating Bisa Dibenarkan?

Meskipun secara umum floating loss berbahaya, dalam beberapa kasus tertentu, ini bisa dibenarkan:

1. Posisi Jangka Panjang

Trader jangka panjang (position trader) yang menggunakan analisis fundamental dan memiliki dana besar, bisa membiarkan floating selama analisa mereka masih valid dan manajemen risikonya terjaga.

2. Strategi Hedging

Beberapa trader menggunakan teknik hedging untuk melindungi posisi floating. Dalam hal ini, mereka tidak menutup posisi rugi, tetapi membuka posisi berlawanan untuk menyeimbangkan risiko.

3. Floating dengan Money Management Ketat

Jika seorang trader tahu berapa banyak floating yang bisa diterima dan tetap berada dalam batas toleransi risiko (misalnya 2-3% dari total ekuitas). Maka membiarkan floating bisa menjadi bagian dari strategi.

Cara Mengatasi Kebiasaan Floating

1. Gunakan Stop Loss dengan Logika, Bukan Ketakutan

Pasang stop loss berdasarkan level teknikal yang valid, bukan asal-asalan atau terlalu sempit. Gunakan indikator seperti support/resistance, ATR, atau price action.

2. Gunakan Ukuran Lot yang Realistis

Jangan membuka lot terlalu besar. Semakin besar lot, semakin besar kerugian floating, dan semakin besar tekanan psikologis.

3. Selalu Evaluasi dan Catat Hasil Trading

Gunakan jurnal trading untuk mencatat setiap kesalahan dan pencapaian. Dengan begitu, kamu bisa lebih sadar terhadap pola kebiasaan buruk.

4. Belajar Mengelola Emosi

Lakukan latihan mental seperti meditasi atau journaling emosi setelah trading. Ketahanan mental adalah senjata utama melawan floating berlebihan.

5. Gunakan Akun Demo atau Micro

Bagi trader pemula, sebaiknya belajar dulu menggunakan akun demo atau akun micro sebelum masuk ke akun real dengan dana besar.

Kesimpulan

Kebiasaan membiarkan posisi floating loss dalam trading forex lebih disebabkan oleh faktor psikologis, seperti harapan, ketakutan, dan ego. Meskipun secara teknikal floating loss bukanlah kerugian yang nyata, namun efek psikologis dan finansialnya bisa sangat merugikan. Sebaliknya, disiplin menggunakan stop loss adalah ciri khas trader profesional. Stop loss bukanlah musuh trader, melainkan pelindung dari kerugian besar yang bisa menghancurkan akun.

Trader yang ingin sukses harus mampu mengubah mindset-nya dari trader emosional menjadi trader rasional, yang selalu menempatkan manajemen risiko sebagai prioritas utama. Floating loss memang menggoda, tetapi stop loss adalah jalan menuju konsistensi. Jika kamu seorang trader dan sering membiarkan posisi floating, cobalah tanya ke diri sendiri: Apakah ini keputusan berdasarkan analisa atau hanya pengharapan kosong? Jika jawabanmu lebih condong ke emosi, maka sudah waktunya untuk berubah.

Baca Juga: Apakah Trader Profesional Menggunakan Stop Loss?

Lita Alisyahbana
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

To Top