Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) tengah ramai di Indonesia dalam kurun waktu satu tahun terakhir. Dimulai dari perusahaan sektor baja, startup, manufaktur, hingga telekomunikasi.
Fadli Hasan, seorang Peneliti senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) mengatakan, dalam satu tahun terakhir ini memang perekonomian Indonesia turut tertekan dengan adanya faktor global. Begitu juga dengan indikator pertumbuhan ekonomi seperti investasi, daya beli, ekspor-impor yang memang tertekan.
Ia menambahkan, perubahan model bisnis di tengah pesatnya perkembangan teknologi digital juga menjadi pengaruh terhadap perusahaan yang melakukan PHK secara besar-besaran karena demi menjaga keseimbangan perusahaan, dan ada kemungkinan faktor internal juga berpengaruh.
Direktur Riset Center of Reforms on Economics (CORE) Piter Abdullah Redjalam berpendapat, bahwa kejadian PHK besar-besaran itu tidak bisa diambil untuk kesimpulan kondisi perekonomian Indonesia secara keseluruhan, karena bisa saja PHK terjadi karena perusahaan yang bersangkutan memang kinerjanya tidak cukup baik.
Piter menambahkan, bahwa pemerintah harus tetap menciptakan dan menjaga iklim usaha yang kondusif, sehingga baik persoalan internal maupun tekanan global tidak semakin membuka kesempatan PHK ini.
Seperti diketahui, PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) memutus hubungan kerja karyawan kontraknya dengan jumlah 2.683 orang dari 9 vendor. Berita lain mengatakan bahwa PT Indosat Tbk juga melakukan hal yang sama dengan jumlah karyawan sebanyak 677 orang. Situs jual beli online terkenal Bukalapak juga tidak luput dari badai PHK.
- 5 Alasan Mengapa Mindset Trading Lebih Penting daripada Strategi dalam Forex - Desember 8, 2024
- Averaging Trading Forex: Strategi Menambah Profit dan Mengurangi Kerugian - Desember 6, 2024
- Bagaimana Cara Mendeteksi Money Game Berkedok Forex? - Desember 5, 2024