Wabah corona yang muncul pertama kali di Wuhan, China, kini menyebar luas hingga menjangkiti hampir separuh lebih negara di dunia. Pada kemunculannya hingga menjadi ancaman, virus corona diramal tidak hanya akan berpengaruh pada dunia kesehatan saja, tetapi juga berdampak pada perekonomian secara global.
Beberapa negara sudah menerapkan lockdown sebagai pilihan untuk mengatasi penyebaran corona. Italia yang merupakan negara ekonomi terbesar ke-8 di dunia sudah menerapkan lockdown, dan kondisi ini dinilai akan membuat Italia terjun ke dalam resesi ekonomi.
Pandemi virus ini juga turut menjangkit pasar keuangan global. Beberapa bursa efek di berbagai negara mengalami situasi anjlok dan bahkan ditutup. Filipina pada Selasa (17/3/2020) kemarin, menutup bursa efeknya untuk mencegah penyebaran covid-19. Pilihan ini diambil atas keputusan dari pemerintah Filipina untuk melakukan karantina massal di Manila dan Pulau Luzon.
Kementerian Kesehatan Filipina pada Selasa malam lalu, mengumumkan bahwa ada 45 kasus baru corona, sehingga jumlah total pasien dengan status positif corona di negeri singa putih itu menjadi 187 orang. Selain menutup pasar saham, Filipina juga menutup seluruh transaksi di pasar mata uang valuta asing dan obligasi. Penutupan ini berlangsung sampai dengan batas waktu yang belum ditentukan.
Presiden The Philippine Stock Exchange Ramon Monzon mengatakan, tindakan ini untuk memastikan keselamatan karyawan dan pedagang di tengah isolasi nasional yang lebih luas.
Sejauh ini, Filipina adalah negara pertama dan satu-satunya yang menutup sementara seluruh pasar keuangannya hingga batas waktu yang belum ditentukan. Pilihan penutupan ini dianggap juga sebagai respons balik dari anjloknya indeks saham Filipina.
Seperti diketahui, pada penutupan perdagangan Senin (16/3/2020) yang lalu, indeks bursa saham Filipina jatuh di angka 8 persen. Indeks anjlok 20 persen selama Maret 2020, dan sekaligus menjadi penurunan terburuk sejak Oktober 2008.
Pasar saham yang mengalami kejadian serupa dengan Filipina adalah Bursa Chicago (CME.0) yang memilih ditutup pada Jumat (13/3/2020) hingga batas waktu yang juga belum ditentukan. Selain bursa saham Filipina dan Chichago, bursa saham di Timur Tengah juga mengambil langkah yang sama pada pekan lalu. Tapi perdagangan secara online tetap tersedia.
Beberapa negara ada yang memilih menangguhkan sementara pasar perdagangan alih-alih menutupnya. Adalah bursa Kuwait, pada bulan ini opsi menangguhkan diambil sebanyak dua kali perdagangan harian karena saham anjlok lebih dari 10 persen.
Bursa Efek Indonesia juga mengalami hal yang sama, perdagangan selama setengah jam dihentikan dengan catatan jika indeks saham turun 5 persen. Wall Street juga sempat dihentikan selama 15 menit setelah pembukaan karena indeks S&P 500 jatuh hingga 8 persen, bahkan melewati batas aman yaitu 7 persen.
Sejumlah negara tetap memilih untuk membuka bursa efek meski hasilnya adalah poin yang anjlok. Malaysia yang sudah memberlakukan lockdown dimulai hari ini Rabu (18/3/2020) bursa efeknya tetap berkomitmen untuk membuka pasar keuangan. The Kuala Lumpur Composite Index (KLCI) anjlok 165 poin atau turun 12 persen sejak awal tahun ini hingga kemarin.
Hal yang sama juga didapati oleh Indeks Singapura, Strait Times Index, yang turun 18 persen dan Hong Kong, Hang Seng Index turun pada 15 persen.
Indeks negeri sakura, Nikkei, mengalami kejatuhan 2,5 persen pada Senin kemarin. Level penutupan ini merupakan yang terendah sejak November 2016. Bursa efek negara yang pertama kali menjadi penularan corona, China, SSE Composite Index turun 5 persen sejak awal tahun ini.
- Psikologi Trading Pada Konsep Dasar Support dan Resistance - Januari 15, 2025
- Inilah 5 Tips Penting Menentukan Ukuran Posisi Forex yang Tepat! - Januari 14, 2025
- Strategi Risk Management dalam Money Management Forex - Januari 13, 2025
Pingback: Efektif Atasi Corona, Mata Uang Negara-Negara Ini Menguat