Pajak terhadap penambang Bitcoin dinaikkan oleh pemerintah Washington menjadi sebesar 29 persen. Hal ini dipicu oleh terus meningkatnya konsumsi listrik karena lonjakan penampang kripto. Pemerintah Washington memiliki alasan mengapa hal tersebut dilakukan.
Kenaikan pajak tersebut terpaksa dilakukan dengan tujuan untuk menekan kerugian. Karena selama bertahun-tahun, konsumsi listrik di negara bagian Amerika Serikat (AS) itu terus mengalami kenaikan yang signifikan.
Dalam laporannya, News Radio 560 KPQ Douglas Count merinci total angka konsumsi dari aktivitas penambangan mata uang digital tersebut. Diketahui, total konsumsi listrik penambangan Bitcoin telah menggunakan setidaknya lebih dari 25 persen energi listrik yang disediakan oleh pemerintah setempat.
Baca Juga: Bagaimana Nasib Penambang Jika Bitcoin Habis?
Untuk informasi, rencana kenaikan pajak untuk para penambang sebenarnya telah lama direncanakan oleh pemerintah Washington. Tepatnya yakni pada awal tahun 2022 lalu. Tetapi karena Washington perlu mengkaji dan mempersiapkan aturan tersebut, maka peraturan pajak baru dapat terlaksana pada awal bulan ini.
Dikutip dari Cryptopotato, diketahui bahwa aktivitas penambangan kripto di Washington dari tahun ke tahun semakin mengalami peningkatan. Lonjakan aktivitas tersebut yang kian pesat bahkan telah membuat Washington dijuluki sebagai rumah bagi para penambang kripto AS.
Berapa Besar Konsumsi Listrik Penambang Bitcoin?
Pada laporan dari hasil riset Universitas Cambridge, Inggris, konsumsi listrik Bitcoin dalam setahun lebih tinggi dari seluruh Argentina. Dari penelitian tersebut, konsumsi listrik untuk menambang Bitcoin adalah mencapai 121,36 terawatt-hour (TWh) setahun.
Sebagaimana diketahui, untuk menghasilkan Bitcoin dilakukan aksi mining atau penambangan dengan melibatkan komputer khusus. Dan nyatanya kegiatan itu membutuhkan konsumsi daya listrik yang besar. Tak jarang komputer harus bekerja 24 jam selama tujuh hari.
Peneliti Cambridge Center for Alternative Finance, Michael Rauchs mengatakan, “Bitcoin mengkonsumsi listrik sebanyak itu. Ini tidaklah sesuatu yang akan berubah di masa depan kecuali harga Bitcoin turun secara signifikan”.
Baca Juga: Memahami Bitcoin Mining: Pengertian dan Perangkat yang Digunakan
Rauchs juga menambahkan bahwa konsumsi listrik Bitcoin bisa memberikan daya pada semua ceret yang digunakan di Inggris selama 27 tahun. Dalam penelitian Cambridge tersebut, diketahui bahwa konsumsi Bitcoin setara dengan Argentina yang menghabiskan 121 TWh per tahun. Belanda menghabiskan 108,8 TWh setahun, Arab Saudi 113,2 TWh dan Norwegia 112,2 TWh.
Sebelumnya, kali pertama konsumsi listrik tambang Bitcoin menembus nilai tertinggi sepanjang masa adalah pada 6 November 2020. Ketika itu nilainya melampaui 9 Juli 2019 (63,16 Terawatt jam per tahun).
Peningkatan konsumsi terlihat melonjak sejak 22 November 2020 (92,78 Terawatt jam per tahun). Blockchain Analytics menyebutkan bahwa energi listrik dalam proses penambangan Bitcoin terus meningkat. Pada tahun 2017 mengonsumsi lebih banyak listrik daripada Jamaika. Dan pada tahun 2018 lebih banyak daripada Nigeria. Sementara pada 2019 lebih banyak daripada Selandia Baru.
Baca Juga: Bagaimana Cara Kerja Penambang Crypto dan Prospeknya Di Masa Depan
Kurangi Konsumsi Listrik, El Salvador Gunakan Energi Gunung Api Untuk Penambangan Bitcoin
Negara El Salvador mengumumkan bahwa akan menjadi negara pertama yang menambang Bitcoin dengan energi dari gunung berapi. Dalam twit-nya pada hari Senin (4/10/2021) lalu, Presiden Nayib Bukele menulis terkait hal tersebut. Pada unggahannya, sang presiden juga membagikan sebuah video teaser yang menunjukkan fasilitas penambangan mata uang kripto.
Melalui laman sosial media yang sama, Bukele mengatakan bahwa pihaknya saat ini tengah menguji coba proses penambangan Bitcoin menggunakan tenaga gunung api tersebut. Disebutkan bahwa penambangan dengan energi gunung berapi ini berhasil mengambil 0,00599179 Bitcoin atau sekitar 269 dolar AS (Rp 3,8 jutaan).
“Kami masih menguji coba, tapi, secara resmi ini adalah penambangan Bitcoin pertama dari gunung berapi,” tulis Bukele.
- Menggunakan Pola Quasimodo Forex untuk Trading Reversal - Desember 10, 2024
- Cara Membaca Pola Impulsif dan Korektif dalam Pola Elliott Wave Forex - Desember 4, 2024
- Inilah 5 Cara Mendapatkan Rebate Forex Secara Maksimal! - Desember 3, 2024