
Pasangan Mata Uang Forex Paling Volatile dan Risikonya
Dalam dunia trading forex, volatilitas sering dianggap sebagai pedang bermata dua. Di satu sisi, pergerakan harga yang cepat dan besar memberikan peluang keuntungan yang signifikan. Namun di sisi lain, volatilitas tinggi juga bisa menjadi penyebab utama kerugian besar, terutama bagi trader yang belum siap menghadapi perubahan harga ekstrem. Pasangan mata uang forex memiliki tingkat volatilitas yang berbeda-beda. Beberapa di antaranya terkenal sangat “liar”, dengan pergerakan harga harian yang bisa mencapai ratusan pips.
Trader yang berani mengambil risiko tinggi sering tertarik pada pasangan-pasangan seperti ini karena potensi profitnya yang besar. Namun, bagi yang belum memiliki pengalaman dan pengendalian emosi kuat, pasangan yang terlalu volatile justru bisa menjadi bumerang. Artikel ini akan membahas secara mendalam pasangan mata uang forex paling volatile dan risikonya, lengkap dengan penjelasan faktor penyebab, contoh pasangan yang terkenal memiliki pergerakan ekstrem, hingga strategi terbaik untuk menghadapinya. Tujuannya adalah membantu Anda memahami karakteristik pasar dan memilih pasangan mata uang yang sesuai dengan profil risiko pribadi Anda.
Baca Juga: Benarkah Korelasi Mata Uang Mempengaruhi Risiko Forex?
Memahami Konsep Volatilitas dalam Forex
Apa Itu Volatilitas?
Secara sederhana, volatilitas menggambarkan seberapa besar perubahan harga suatu pasangan mata uang dalam periode waktu tertentu. Jika harga bergerak cepat naik dan turun dengan selisih besar, pasangan tersebut dikatakan memiliki volatilitas tinggi. Sebaliknya, bila pergerakan harga relatif stabil, maka disebut volatilitas rendah.
Contoh:
EUR/USD umumnya memiliki volatilitas sedang (sekitar 70–100 pips per hari).
GBP/JPY bisa bergerak lebih dari 150–200 pips per hari.
Bagi trader, volatilitas menentukan seberapa besar potensi keuntungan — sekaligus risiko kerugian — dari setiap transaksi.
Bagaimana Volatilitas Diukur?
Ada beberapa alat (indikator) yang umum digunakan untuk mengukur volatilitas pasar:
1. Average True Range (ATR): menunjukkan rata-rata jarak pergerakan harga dalam periode tertentu. Semakin besar nilai ATR, semakin tinggi volatilitasnya.
2. Bollinger Bands: memperluas atau mempersempit band tergantung dari volatilitas pasar. Saat band melebar, berarti volatilitas meningkat.
3. Historical Volatility: mengukur fluktuasi harga berdasarkan data masa lalu.
Trader yang cerdas biasanya memantau indikator ini sebelum mengambil keputusan, terutama jika mereka berencana trading pada pasangan mata uang yang dikenal “liar”.
Dampak Volatilitas terhadap Strategi Trading
Volatilitas tinggi bukanlah hal buruk. Faktanya, banyak trader profesional yang justru mencari pasangan mata uang volatile karena di sanalah peluang besar muncul. Namun tanpa pengelolaan risiko yang baik, volatilitas juga dapat menghancurkan akun dengan cepat.
Kelebihan: peluang profit besar dalam waktu singkat.
Kekurangan: harga bisa bergerak melawan posisi dengan cepat tanpa peringatan.
Trader perlu menyeimbangkan antara agresivitas dan manajemen risiko, karena di dunia forex, peluang dan bahaya selalu berjalan beriringan.
Faktor yang Menyebabkan Suatu Pasangan Mata Uang Menjadi Volatile
1. Ketidakstabilan Ekonomi dan Politik
Negara dengan kondisi politik atau ekonomi tidak stabil cenderung memiliki mata uang yang fluktuatif. Ketika investor kehilangan kepercayaan, nilai mata uang bisa turun tajam. Contohnya Lira Turki (TRY) dan Rand Afrika Selatan (ZAR) yang sering terpukul oleh krisis politik domestik.
2. Perbedaan Suku Bunga Antarnegara
Perbedaan suku bunga antara dua mata uang (interest rate differential) menjadi faktor utama volatilitas. Jika satu negara menaikkan suku bunga sementara negara lainnya menurunkannya, arus modal akan berubah drastis — menggerakkan nilai tukar dengan cepat.
3. Data Ekonomi Penting
Rilis data seperti Non-Farm Payroll (NFP), inflasi (CPI), atau GDP dapat memicu lonjakan volatilitas dalam hitungan detik. Trader yang tidak siap sering terkena slippage besar saat harga melonjak tak terkendali.
4. Intervensi Bank Sentral
Tindakan bank sentral untuk menstabilkan nilai tukar sering kali menimbulkan kejutan pasar. Intervensi mendadak bisa memicu pergerakan besar pada pasangan terkait.
5. Kondisi Pasar Global
Perang dagang, ketegangan geopolitik, atau krisis global seperti pandemi dapat menciptakan lonjakan volatilitas di hampir semua pasangan mata uang utama.
Baca Juga: Korelasi Mata Uang Forex: Pair Mana Saja yang Saling Mempengaruhi?
Daftar Pasangan Mata Uang Forex Paling Volatile
Di bawah ini adalah beberapa pasangan mata uang forex paling volatile yang dikenal memberikan peluang besar sekaligus risiko tinggi bagi para trader.
1. GBP/JPY (Pound Sterling vs Yen Jepang)
Pasangan ini sering disebut “The Dragon” karena gerakannya yang liar dan cepat. GBP/JPY dikenal memiliki rata-rata volatilitas harian antara 130 hingga 200 pips.
Penyebab volatilitas:
1. Perbedaan suku bunga antara Inggris dan Jepang.
2. Dampak berita ekonomi Inggris (Brexit, kebijakan Bank of England).
3. Pergerakan Yen sebagai aset safe haven saat pasar global bergejolak.
Risiko utama:
1. Spread relatif besar.
2. Pergerakan harga yang sering “menyapu” stop loss.
3. Butuh manajemen emosi yang kuat dan disiplin tinggi.
Trader berpengalaman sering menyebut bahwa “trading GBP/JPY itu seperti menunggang naga — cepat, menegangkan, tapi bisa menjatuhkan jika tidak berhati-hati.”
2. GBP/USD (Pound Sterling vs Dolar AS)
Dikenal dengan julukan “The Cable”, pasangan ini termasuk major pair yang sangat aktif. Meskipun tidak se-ekstrem GBP/JPY, volatilitas GBP/USD tetap tinggi, terutama saat ada berita ekonomi besar dari Inggris atau AS.
Faktor pendorong volatilitas:
1. Keputusan suku bunga Bank of England dan The Fed.
2. Data inflasi dan pengangguran Inggris.
3. Isu politik seperti Brexit atau pemilu Inggris.
Kelebihan: likuiditas tinggi dan spread relatif rendah.
Kekurangan: sering mengalami lonjakan tiba-tiba saat rilis berita fundamental.
3. USD/TRY (Dolar AS vs Lira Turki)
USD/TRY adalah contoh klasik pasangan eksotik yang sangat volatile. Dalam satu hari, pergerakan bisa mencapai 300–500 pips.
Penyebab utama:
1. Krisis ekonomi di Turki, inflasi tinggi, dan ketidakpastian kebijakan moneter.
2. Ketegangan politik domestik dan hubungan luar negeri yang tidak stabil.
Risiko:
1. Spread sangat besar.
2. Eksekusi order bisa tertunda saat volatilitas ekstrem.
3. Tidak cocok untuk scalper atau trader pemula.
Trader profesional sering menjadikan USD/TRY sebagai instrumen spekulatif, bukan untuk trading harian biasa.
4. USD/ZAR (Dolar AS vs Rand Afrika Selatan)
Pasangan ini termasuk pasangan eksotik dengan volatilitas tinggi dan likuiditas rendah. Pergerakannya sangat sensitif terhadap harga komoditas, terutama emas.
Faktor penggerak:
1. Ketergantungan ekonomi Afrika Selatan pada ekspor emas dan mineral.
2. Sentimen pasar global terhadap risiko (risk-on/risk-off).
3. Ketidakpastian politik domestik.
Risiko:
1. Lonjakan harga tajam tanpa peringatan.
2. Spread sangat lebar.
3. Cocok hanya bagi trader dengan modal dan pengalaman cukup.
5. AUD/JPY (Dolar Australia vs Yen Jepang)
AUD/JPY mencerminkan sentimen global terhadap risiko. Saat pasar optimis, AUD menguat; saat ketakutan meningkat, Yen sebagai safe haven melonjak.
Volatilitas: sekitar 100–150 pips per hari, namun bisa lebih besar saat krisis global.
Penggerak utama:
1. Harga komoditas (emas, batu bara, bijih besi).
2. Kebijakan moneter RBA dan BoJ.
3. Perubahan sentimen pasar Asia.
Pasangan ini populer di kalangan swing trader dan carry trader karena perbedaan suku bunga yang signifikan.
6. NZD/JPY (Dolar Selandia Baru vs Yen Jepang)
Pasangan ini mirip dengan AUD/JPY tetapi cenderung lebih sensitif terhadap berita ekonomi Asia-Pasifik.
Ciri khas:
1. Pergerakan cepat pada sesi Asia dan Tokyo.
2. Reaksi besar terhadap harga susu dunia (komoditas utama Selandia Baru).
Risiko:
1. Volatilitas tinggi saat sesi overlap Asia–Eropa.
2. Membutuhkan spread rendah agar profit efektif.
7. EUR/TRY (Euro vs Lira Turki)
Campuran antara mata uang utama (Euro) dan eksotik (TRY) menciptakan volatilitas tinggi dan risiko besar.
Penggerak volatilitas:
1. Inflasi ekstrem di Turki.
2. Ketidakpastian hubungan Uni Eropa–Turki.
3. Intervensi bank sentral Turki.
Pasangan ini cocok untuk trader berpengalaman yang memahami risiko likuiditas rendah dan pergerakan tak terduga.
Risiko Utama Saat Trading Pasangan Mata Uang Volatile
Volatilitas tinggi selalu datang bersama risiko besar. Berikut beberapa bahaya utama yang perlu Anda pahami sebelum masuk ke pasar:
1. Spread Lebar dan Slippage Tinggi
Broker biasanya menaikkan spread saat volatilitas meningkat untuk melindungi diri dari risiko pasar. Akibatnya, biaya transaksi trader ikut membengkak. Slippage juga sering terjadi saat eksekusi order di pasar yang bergerak cepat.
2. Kesulitan Menentukan Stop Loss dan Take Profit
Pasangan volatile sering mengalami lonjakan harga mendadak yang “menyentuh” level stop loss, meskipun arah harga akhirnya benar. Trader sering terjebak keluar terlalu cepat.
3. Kebutuhan Modal Lebih Besar
Volatilitas besar berarti potensi margin call lebih tinggi. Anda harus memiliki margin dan modal cadangan yang cukup untuk bertahan dari fluktuasi harga ekstrem.
4. Overtrading dan Psikologi Tidak Stabil
Trader yang terbawa emosi sering membuka posisi berlebihan karena tergoda pergerakan harga cepat. Akibatnya, mereka kehilangan fokus pada manajemen risiko.
5. Risiko Fundamental Tak Terduga
Kejadian mendadak seperti intervensi bank sentral, pernyataan politik, atau bencana alam bisa mengguncang pasar tanpa sinyal sebelumnya.
Strategi Menghadapi Pasangan Mata Uang Volatile
Menghadapi pasangan mata uang forex paling volatile tidak bisa asal buka posisi. Diperlukan pendekatan strategis agar peluang besar tidak berubah menjadi malapetaka.
1. Gunakan Money Management yang Ketat
1. Batasi risiko per transaksi maksimal 1–2% dari modal.
2. Gunakan stop loss dinamis sesuai volatilitas (gunakan ATR sebagai acuan).
3. Hindari menambah posisi saat pasar tidak menentu.
2. Pilih Ukuran Lot Kecil dan Leverage Bijak
Leverage tinggi memang menggoda, tapi di pasar volatile bisa jadi bencana. Gunakan leverage rendah (1:50 atau 1:100) agar pergerakan ekstrem tidak langsung menghancurkan akun.
3. Gunakan Indikator Volatilitas
Gunakan Bollinger Bands untuk melihat pelebaran band, atau ATR untuk menentukan jarak aman stop loss. Ini membantu menyesuaikan strategi entry dan exit sesuai kondisi pasar.
4. Terapkan Strategi News Trading
Jika Anda ingin memanfaatkan lonjakan volatilitas saat berita besar, pastikan memahami jadwal rilis data ekonomi penting (seperti NFP, CPI, FOMC). Gunakan pending order dengan jarak aman untuk mengantisipasi lonjakan harga.
5. Perhatikan Jam Perdagangan Aktif
Setiap pasangan mata uang memiliki waktu aktif tersendiri:
1. Pasangan Eropa–AS (GBP/USD, EUR/USD): paling aktif di sesi London–New York.
2. Pasangan Asia (AUD/JPY, NZD/JPY): aktif di sesi Tokyo–Sydney.
6. Latihan di Akun Demo
Sebelum menghadapi volatilitas sesungguhnya, gunakan akun demo untuk memahami karakter setiap pasangan mata uang forex. Ini membantu membangun kepercayaan diri dan strategi yang lebih matang.
Baca Juga: Analisis Fundamental Forex: 7 Alasan Mata Uang Dollar Selalu Jadi Pilihan Utama
Pasangan Mata Uang Volatile: Cocok untuk Siapa?
Pasangan-pasangan ini tidak cocok untuk semua orang. Berikut panduan siapa yang bisa (dan tidak bisa) menghadapinya:
Tipe Trader
1. Trader Pemula: Tidak disarankan. Terlalu berisiko dan butuh pengalaman tinggi.
2. Scalper Berpengalaman: Cocok, asalkan memiliki broker dengan eksekusi cepat dan spread kecil.
3. Day Trader / Swing Trader: Baik untuk mencari peluang jangka pendek hingga menengah.
4. Trader Fundamental: Cocok jika menggabungkan berita ekonomi dan analisa teknikal.
Jika Anda masih baru dalam forex, sebaiknya mulai dari pasangan mata uang forex dengan volatilitas sedang seperti EUR/USD atau USD/JPY sebelum mencoba GBP/JPY atau USD/TRY.
Kesimpulan
Volatilitas adalah jantung dari pasar forex. Tanpa volatilitas, tidak akan ada peluang profit. Namun, semakin tinggi volatilitas, semakin besar pula risiko yang harus dihadapi. Beberapa pasangan mata uang forex paling volatile seperti GBP/JPY, USD/TRY, AUD/JPY, dan EUR/TRY menawarkan potensi keuntungan luar biasa, tapi juga membutuhkan strategi matang, money management kuat, serta psikologi trading stabil.
Kunci suksesnya adalah memahami karakter setiap pasangan, menggunakan analisa teknikal dan fundamental secara seimbang, serta tidak serakah dalam mengejar profit. Trading di pasar yang volatile bukan tentang siapa yang paling cepat, tetapi siapa yang paling disiplin dan siap menghadapi perubahan pasar kapan pun terjadi.
- Bagaimana Cara Menghitung Keuntungan dan Kerugian Forex? - Oktober 14, 2025
- Menerapkan Strategi Scalping Forex di Pasar Volatilitas Tinggi - Oktober 13, 2025
- 7 Pasangan Mata Uang Forex dengan Spread Terendah - Oktober 7, 2025

Pingback: 7 Pair Forex dengan Spread Terendah untuk Trader