Sebanyak 1.069 mesin yang digunakan untuk menambang Bitcoin, dihancurkan oleh Kepolisian Kota Miri, Serawak, Malaysia dengan dilindas. Untuk informasi, ribuan alat mining Bitcoin tersebut disita oleh kepolisian setempat dalam sejumlah penggrebekan selama periode Februari hingga April tahun ini.
Mengutip dari CNBC Internasional hari Minggu (20/7/2021), Asisten Komisaris Polisi Hakemal Hawari menjelaskan bahwa tindakan keras itu dilakukan setelah penambang diduga mencuri listrik senilai US$ 2 juta (Rp 29 miliar) yang disedot dari saluran listrik Sarawak Energy.
Melansir dari The Star di hari yang sama, Hawari mengatakan, “Total enam orang berhasil dijatuhi hukuman berdasarkan pasal 379 KUHP untuk pencurian listrik berupa denda 8.000 ringgit (sekitar Rp 27,5 juta) serta kurungan hingga delapan bulan”.
Polisi setempat memilih untuk menghancurkan peralatan penambangan daripada menjualnya, sesuai dengan perintah pengadilan. Negara lain, seperti China juga telah mengambil tindakan yang berbeda seperti melelangnya.
Diberitakan sebelumnya, China telah menindak operasi penambangan kripto di wilayahnya. Melalui Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional China (NDRC) cabang Sichuan dan Biro Energi Sichuan memerintahkan proyek penambangan uang kripto ditutup di pusat penambangan utama.
Mengutip dari Reuters, pihak berwenang setempat telah memerintahkan pusat penambangan mata uang kripto di provinsi barat daya Sichuan, untuk melakukan penutupan operasional.
Pemberitahuan tersebut juga tertuju pada perusahaan listrik negara bagian di Sichuan untuk melakukan inspeksi dan pengecekan. Perusahaan listrik diminta menghentikan pasokan listrik ke pusat penambangan kripto yang terdeteksi.
Untuk informasi, biaya untuk menambang sekeping Bitcoin adalah terbilang tinggi. Mengutip dari BBC International hari Kamis (11/2/2021), dilaporkan bahwa berdasarkan hasil riset Universitas Cambridge, Inggris, konsumsi listrik Bitcoin dalam setahun lebih tinggi dari seluruh Argentina.
Untuk menghasilkan Bitcoin dilakukan aksi mining atau penambangan dengan melibatkan komputer khusus dan nyatanya kegiatan itu membutuhkan konsumsi daya listrik yang besar. Tak jarang komputer harus bekerja 24 jam selama tujuh hari.
Dari penelitian tersebut, konsumsi listrik untuk menambang Bitcoin mencapai 121,36 terawatt-hour (TWh) setahun. Konsumsi stabil setiap tahunnya kecuali ketika harga Bitcoin turun yang buat penambang rugi melakukan aksi mining. Peneliti Cambridge Center for Alternative Finance, Michael Rauchs mengatakan, “Bitcoin mengkonsumsi listrik sebanyak itu. Ini tidaklah sesuatu yang akan berubah di masa depan kecuali harga Bitcoin turun secara signifikan”.
Rauchs juga menambahkan bahwa konsumsi listrik Bitcoin bisa memberikan daya pada semua ceret yang digunakan di Inggris selama 27 tahun.
Sementara itu, menurut laporan beberapa media lokal Malaysia, pencurian pasokan listrik sangat mengkhawatirkan karena bisa menyebabkan pemadaman total. Sebenarnya, penambangan cryptocurrency di Malaysia tidak dilarang, namun di negara berjuluk Negeri Jiran itu, memiliki sejumlah undang-undang yang ketat terkait penggunaan daya listrik.
- Pump Forex: Definisi, Cara Identifikasi, dan Risiko - Oktober 1, 2024
- Memahami Teori Purchasing Power Parity Forex dalam Menganalisis Pergerakan Mata Uang - September 25, 2024
- Apa Analisis Trading Forex yang Cocok untuk Trader Pemula? - September 23, 2024