Crypto

Harga Bitcoin Diramal Tembus Rp 69 Miliar/Koin, Bagaimana Faktanya?

Harga Bitcoin Diramal Tembus Rp 69 Miliar/Koin, Bagaimana Faktanya?

Harga Bitcoin Diramal Tembus Rp 69 Miliar/Koin, Bagaimana Faktanya?

Harga Bitcoin diramal akan tembus mencapai harga Rp 69 miliar per koin. Untuk informasi, pada hari Minggu (3/4/2022) lalu harga mata uang digital paling populer tersebut sempat mengalami penurunan. Mengutip data dari Coin Market Cap, nilai Bitcoin berada pada kisaran di harga Rp 660 juta selama dua minggu terakhir.

Analis dari perusahaan investasi asal Amerika Serikat (AS) VanEck mengatakan, bahwa Bitcoin diramal akan mencapai US$ 4,8 juta/koin atau sekitar Rp 69 miliar/koin. Namun, pertanyaannya adalah, apakah Bitcoin akan menjadi cadangan devisa global atau tidak.

Analisis yang dilakukan oleh head of active EM debt VanEck, Eric Fine dan kepala ekonomnya, Natalia Gurushina membandingkan implikasi harga emas dan Bitcoin jika keduanya diadopsi menjadi dasar mata uang.

Analisis tersebut menunjukkan bahwa Bitcoin bisa berada di rentang US$ 1,3 juta sampai US$ 4,8 juta. Menurut mereka, sanksi yang diberikan ke Rusia membuat pandangan terhadap mata uang mulai berubah.

Mengutip dari Coin Telegraph pada hari Minggu (10/4/2022), Eric mengatakan, “Sanksi terhadap Rusia membuat permintaan akan mata uang utama berkurang, alih-alih fokus kini kembali ke emas yang juga menjadi cadangan devisa, atau ke aset era digital seperti Bitcoin”.

Bitcoin Jatuh Makin Dalam

Sementara itu, jika melihat kabar pada hari Senin (11/4/2022), nilai Bitcoin justru ambles hingga di bawah US$ 41.000. Angka ini menyentuh level terendah sejak 22 Maret lalu dan memperpanjang penurunan dari posisi tertinggi akhir Maret di US$ 48.240. Lantas, apakah penurunan ini akan berlanjut?

Penurunan terus terjadi ketika Luna Foundation Guard (LFG) menambahkan US$ 173 juta dalam Bitcoin ke dompetnya selama akhir pekan lalu, meningkatkan total kepemilikan menjadi hampir 40.000 BTC.

Dalam komentarnya kepada CoinDesk, Head of Market Insights Genesis Global, Noelle Acheson mengatakan, “Secara keseluruhan, ini lebih merupakan ketidakpastian pasar, kekhawatiran makro, dan fokus pada apa yang akan dilakukan suku bunga”.

Indeks Dollar AS (DXY), yang melacak nilai greenback terhadap mata uang utama, menyentuh level tertinggi dalam dua tahun terakhir, di atas 100 pada Senin (11/4), membawa kenaikan tahun ini menjadi 4,3%, menurut data TradingView.

Co-Founder dan Global Head of Macro Strategy Delphi Digital, Kevin Kelly menyebutkan bahwa dollar AS dan Bitcoin memiliki korelasi yang cukup terbalik.

Kevin menyampaikan, “Tahun 2017 adalah salah satu tahun terburuk untuk dollar, dan itu bertepatan dengan pergerakan besar dalam Bitcoin. Kenaikan harga Bitcoin pada awal 2021 disebabkan oleh pelemahan dollar”.

Sementara itu, Griffin Ardern, volatility trader dari Blofin, mengatakan, “Ketika DXY telah mencapai tertinggi dan naik lebih jauh, biasanya menunjukkan penurunan lebih lanjut pada aset lain, apakah itu pasar saham, kripto, atau FX”.

Titik Penting Agar Harga Bitcoin Menguat Lagi

Untuk informasi, terdapat sejumlah titik penting bagi Bitcoin untuk dapat menguat kembali. Hal ini berkaitan dengan kebijakan The Fed, jika bank sentral AS itu gagal mengendalikan inflasi dan ekonomi menuju resesi.

Seperti yang diketahui, Bitcoin berpatokan pada nilai dolar AS. Dinamika dolar AS ini dapat dengan mudah diukur dari indeks dolar AS (DXY). Artinya, jika indeks dolar melemah secara signifikan, maka itu akan menguatkan pasar kripto, termasuk Bitcoin. Dan sebaliknya, jika indeks DXY menunjukkan penguatan, maka pasar kripto tertekan.

Dapat dikatakan, melemahnya mata uang dolar berpangkal dari banyaknya jumlah pasokan mata uang tersebut di dalam ekonomi. Ekonomi pasar bebas mengambil alih kendalinya, bahwa dolar dalam jumlah banyak harus dialihkan ke aset yang lebih menguntungkan. Dengan jumlah dolar yang tak terkendali, hal ini dapat mengakibatkan inflasi yang masif. Ini artinya Bitcoin dapat menjadi pilihan alternatif yang akan kembali dilirik.

Terkait dengan kebijakan The Fed, Pendiri Galaxy Digital, Michael Novogratz mengatakan, “Meskipun pasar bersiap untuk kebijakan The Fed yang agresif di paruh pertama tahun ini, bank sentral AS kemungkinan harus berhenti sejenak setelah ekonomi AS justru melambat. Inilah saatnya bagi Bitcoin menguat”.

Namun, perkara Bitcoin akan mencapai nilai rekor tertinggi atau justru semakin ambles, adalah menjadi hal yang menarik untuk ditunggu. Hingga pada waktu yang ditunggu tersebut, yang dapat dilakukan hanyalah menanti dan memantau.

Lita Alisyahbana
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Trading Saham di EXNESS
To Top