Dalam laporan terbarunya, The Federal Reserve atau yang seringkai disebut The Fed, menyatakan bahwa akan mempercepat akselerasi Tapering sehingga diperkirakan berakhir pada Maret 2022. Bank sentral Amerika Serikat (AS) tersebut juga memberikan sinyal untuk tiga kali kenaikan suku bunga pada tahun depan.
Melansir dari Bloomberg pada hari Rabu (15/12/2021) kemarin, Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) sangat yakin untuk mempertahankan suku bunga acuan mendekati nol setelah pertemuan kebijakan dua hari pada Rabu. Panel ini akan merilis pernyataan dan proyeksi, termasuk dot plot yang termasuk proyeksi bank sentral terkait dengan suku bunga pukul 2 siang waktu Washington.
Mengutip dari sumber yang sama, dilaporkan bahwa dari survei yang dilakukan kepada ekonom, FOMC akan menaikkan dua kali kenaikan suku bunga pada 2022 dan tiga kali pada 2023. Sebelumnya, komite sempat terbagi rata antara menaikkan pada tahun depan atau 2023. Ini adalah perubahan terbesar dalam “dot plot” sejak The Fed mulai menerbitkannya pada 2012, menurut Laura Rosner-Warburton dari MacroPolicy Perspectives.

Tengah Ramai Dibahas, Apa Itu Tapering The Fed?
Seperti yang diketahui, istiliah Tapering di beberapa hari belakangan ini tengah ramai dibahas oleh pakar-pakar ekonomi. Lantas, apa sebenarnya pengertian dari Tapering itu sendiri?
Dari berbagai sumber, istilah Tapering dijelaskan sebagai fase yang harus ditempuh oleh AS untuk mengembalikan posisi ekonomi setelah berbulan-bulan melaksanakan quantitative easing (QE). Untuk informasi, QE merupakan bentuk kebijakan moneter tidak konvensional di mana bank sentral membeli surat utang jangka panjang dari pasar terbuka untuk meningkatkan jumlah uang beredar demi mendorong pinjaman dan investasi yang akan menggerakkan ekonomi.
Membeli surat utang tersebut akan menambah uang baru ke perekonomian, dan juga turut menurunkan suku bunga serta mampu memperbesar neraca bank sentral. Sejak pertama kali dilakukan pemerintah AS pasca krisis ekonomi 2008 untuk mencegah denyut perekonomian berhenti, QE telah dilakukan beberapa kali lagi, terbaru adalah dalam memompa ekonomi menghadapi krisis pandemi.
Dilansir dari thebalance.com, Tapering mengacu pada penghentian atau pengurangan program tertentu oleh bank sentral. Pada 2013, pejabat The Fed Ben Bernanke untuk pertama kalinya menggunakan istilah itu di depan Kongres dan menyampaikan akan mengurangi program pembelian obligasi yang dikenal sebagai pelonggaran kuantitatif QE.
Kebijakan tersebut lantas mendapat perhatian dari banyak pihak, terutama investor. Investor khawatir dengan potensi dampak yang ditimbulkan dari kebijakan tersebut terhadap pasar. Pengurangan stimulus dinilai dapat berimbas pada rontoknya pasar saham dan pelemahan nilai tukar rupiah.
Terkait dengan Tapering tersebut, Jim Caron, yang merupakan ekonom dari Morgan Stanley Investment Management, mengatakan kepada CNBC bahwa keputusan The Fed ini menghilangkan ketidakpastian pasar terkait suku bunga, sehingga pasar kini bisa fokus ke laporan kinerja, margin, dan pertumbuhan.
The Fed meningkatkan outlook inflasi 2021 dari 4,2% ke 5,3%, sementara inflasi inti (mengecualikan harga makanan dan energi) naik ke 4,4% dari 3,7%. Untuk 2022, inflasi diperkirakan 2,6% dan inflasi inti di 2,7%. Angka pengangguran 2021 diproyeksikan turun ke 4,3% dari proyeksi sebelumnya 4,8% pada September.
- Teknik Forex Hit and Hide dalam Strategi Scalping - April 25, 2025
- Perbedaan Sell Limit dan Sell Stop Forex yang Wajib Dipahami Trader - April 24, 2025
- Leverage dan Margin Forex: Halal atau Haram? - April 16, 2025

Pingback: Bitcoin Diramal Akan Mendekati Kiamat, Benarkah?
Pingback: Pengertian Dovish dan Hawkish pada Trading Forex
Pingback: Setelah Larang Kripto, Rusia Akan Uji Coba Ruben Digital