Seperti yang diketahui, harga Bitcoin (BTC) terus alami penurunan, lantas apa penyebabnya? Untuk informasi, di semester I 2022 yang belum selesai ini, harga mata uang digital populer yakni Bitcoin sudah terkapar. Bitcoin jatuh ke level US$ 17.749 setara Rp 270.512.509.
Menurut CoinGecko, kapitalisasi pasar Bitcoin merosot menjadi sekitar 350 miliar dollar AS, atau turun 73 persen dari nilai tertinggi sepanjang masa pada November 2021. Bitcoin secara historis mengalami periode kenaikan harga tanpa gejala yang diikuti oleh penurunan tajam. Hal ini biasanya terjadi selama beberapa bulan hingga dua tahun.
Pedagang dan spekulan mata uang kripto menyebut periode ini sebagai “siklus” dan sering merujuk pada tingkat harga historis saat menetapkan target harga baru. Beberapa pedagang mata uang kripto juga telah berteori bahwa Bitcoin tidak akan jatuh seperti level terendah pada siklus sebelumnya. Teori ini bertahan selama tahun 2018, namun siklus harga Bitcoin membantah teori tersebut.
Baca Juga: Bitcoin Disebut Gelembung Spekulatif
Penyebab Harga Bitcoin Anjlok
Dalam beberapa laporan, penurunan harga Bitcoin disebabkan oleh aksi pencairan atau penjualan aset. Atau likuidasi cryptocurrency yang dilakukan oleh banyak orang. Pernyataan tersebut disampaikan oleh analis pasar dari perusahaan penjamin aset digital Genesis.
“Kami melihat proses likuidasi berpengaruh pada penurunan harga mata uang kripto dan sekaligus menimbulkan sentimen negatif di pasar. Hal ini tentunya memicu lebih banyak likuidasi dan sentimen negatif lainnya yang ada di benak para investor”, ujar seorang analis dari Genesis.
Selain itu, ketegangan di pasar kripto juga dipicu oleh tekanan dari ekonomi makro, termasuk inflasi yang meningkat dan serangkaian kenaikan suku bunga Fed. Sekadar informasi, kondisi mata uang digital juga terpukul karena perusahaan pemberi pinjaman cryptocurrency Celsius membekukan penarikan dan transfer antar akun.
Banyak perkiraan yang memprediksi penurunan ini terjadi karena ketahanan Bitcoin belum teruji. Terkait hal ini, terdapat pula komentar dari Michael Furves, yang merupakan pendiri dan CEO Tallbacken Capital.
Furves mengatakan, “Saya pikir Bitcoin akan sampai ke harga $15.000 setara Rp 228.615.000 per koin karena ada banyak sentimen negatif”.
Baca Juga: Bitcoin Diramal Akan Mendekati Kiamat, Benarkah?
Harga Anjlok, Banyak PHK di Exchange Crypto
Banyak perusahaan pedagang kripto (exchange crypto) diketahui tengah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Diketahui, pada hari Selasa (14/6/2022), Coinbase Global Inc melakukan pemangkasan 18% dari total tenaga kerja atau sekitar 1.100 orang. Hal ini sebagai bagian dari upaya untuk mengendalikan biaya di tengah kondisi pasar yang bergejolak. PHK terjadi sehari setelah Bitcoin anjlok hingga 14% ke level US$ 20.900.
Sebelumnya, pada bulan lalu exchange Gemini dan Rain Financial mengumumkan PHK dan menghentikan sementara perekrutan baru. Menyusul BlockFi yang mengurangi jumlah karyawannya sebanyak 20% dan Crypto.com memberhentikan 260 stafnya.
Baca Juga: Apa Itu Cryptocurrency Bubble?
Meski pasar aset kripto memang sedang mengalami masa-masa sulit. Namun diketahui, bahwa maraknya PHK di exchange crypto terjadi bukan lantaran harga kripto yang sedang mengalami penurunan drastis. Melainkan pasar aset kripto sedang alami crash seiring membengkaknya inflasi Amerika Serikat (AS) ke level tertinggi 41 tahun.
Selain itu, PHK di beberapa perusahaan pedagang kripto tersebut bukan salah kriptonya atau masa depan industri itu sendiri. Namun, lebih karena manajemen perusahaan masing-masing.
- Menggunakan Indikator DiNapoli Stochastic untuk Sinyal Trading yang Akurat - September 30, 2024
- Apa Saja Manfaat Penting Watchlist Trading Forex Bagi Trader? - September 27, 2024
- Self Control Trading Forex: Strategi untuk Hindari Kerugian - September 26, 2024