Seperti yang diketahui, harga mata uang kripto diliputi ketidakpastian dalam waktu sepekan terakhir kemarin. Harga kripto terpopuler Bitcoin misalnya, bahkan sempat menyentuh angka US$ 31.390/keping. Angka itu setara dengan Rp 448, 87 juta jika dihitung dengan nominal rupiah.
Untuk informasi, beberapa pihak berasumsi bahwa harga aset kripto kini sedang diambang bubble. Berdasarkan Coingecko pada hari Senin (24/5/2021) ini, Bitcoin mengalami penurunan hingga 10,5 persen jika dibandingkan dengan harga perdagangan di waktu dan hari yang sama sebelumnya.
Bitcoin bukan satu-satunya aset kripto yang mengalami harga anjlok, mata uang digital yang lain seperti Ethereum, mengalami hal yang sama dalam 14 jam terakhir. Ethereum merosot hingga lebih dari 11 persen di kisaran US$ 2.089/keping.
Mata uang kesukaan CEO Tesla, Dogecoin, juga mengalami penurunan harga dalam waktu sepekan. Mata uang berlogo anjing bernama Shiba Inu itu anjlok sebesar 58,9 persen jika dibandingkan dengan harga rekor tertingginya.
Pencipta Ethereum Vitalik Buterin mengatakan, bahwa ia sudah memperkirakan bubble aset kripto atau gelembung aset kripto tersebut bakal pecah dalam waktu dekat.
Mengutip CNN pada hari Minggu (23/5/2021) kemarin, ia mengatakan, “Aset kripto saat ini sedang dalam bubble, namun sulit memperkirakan (waktu) dia akan pecah”.
Buterin menambahkan, “Saat ini setidaknya ada tiga gelembung aset kripto terbesar (…) Dan cukup sering, alasan mengapa gelembung tersebut akhirnya berhenti adalah karena beberapa peristiwa terjadi yang hanya memperjelas bahwa teknologinya belum siap”.

Mata Uang Kripto Diambang Bubble?
Pengertian dari bubble aset kripto sendiri adalah tentang fenomena harga aset kripto yang meroket dalam waktu tertentu. Gelembung tersebut pun diperkirakan bisa pecah sewaktu-waktu.
Sebelumnya, investor Wall Street Michael Burry memberi kritikan kepada harga mata uang kripto Bitcoin. Dalam tweet-nya, Burry menyinggung bahwa harga mata uang digital paling populer tersebut tidak alami kelanjutan.
Menurutnya, investor juga akan mendapatkan kerugian yang signifikan akibat fenomena Bitcoin tersebut.
Ia mengatakan, “$ BTC adalah gelembung spekulatif yang menimbulkan banyak risiko daripada peluang walaupun banyak pendukungnya benar mengenai argumen mereka mengapa itu relevan dalam sejarah. Jika Anda tidak tahu berapa banyak leverage yang ada dalam run-up, mungkin Anda tidak cukup tahu untuk memilikinya”.
Namun, mengutip dari Fortune pada hari Kamis (4/3/2021) silam, selang satu hari setelah mencuit hal tersebut, tweet itu kedapatan sudah dihapus.
Seperti yang diketahui, Burry memang dikenal kritis soal Bitcoin. Ia sering menyentil Bitcoin lewat cuitan Twitter, meski kemudian setelahnya tweet-tweet itu dihapus.
Harga mata uang kripto mengalami harga anjlok diawali oleh pernyataan Elon Musk, bahwa perusahaannya sementara waktu tidak lagi menerima Bitcoin sebagai alat pembayaran untuk pembelian Tesla.
Selain itu, anjloknya harga Bitcoin juga dipicu oleh China dan Amerika Serikat yang melakukan pengetatan dan pengawasan terhadap transaksi dari aset digital tersebut.
- Teknik Forex Hit and Hide dalam Strategi Scalping - April 25, 2025
- Perbedaan Sell Limit dan Sell Stop Forex yang Wajib Dipahami Trader - April 24, 2025
- Leverage dan Margin Forex: Halal atau Haram? - April 16, 2025
