Morgan Stanley (MS) menutup bisnis perdagangan ekuitas, seperti saham, onshore di Indonesia. Dilansir dari Reuters, bank investasi tersebut mengungkap akan menghentikan aktivitas broker-dealer dalam negeri di Indonesia.
Namun, perusahaan ini tetap berkomitmen terus memberikan akses kepada klien global untuk masuk ke pasar ekuitas Indonesia. Akses ini akan dilakukan dengan kerja sama mitra pialang lokal yang memenuhi syarat. Tutupnya kantor tersebut menyusul cabutnya Merrill Lynch, Deutsche dan Nomura yang juga mengurangi bisnis jual beli saham di Indonesia.
Dalam pernyataannya hari Kamis (27/5/2021) kemarin, pihak MS menuliskan, “Morgan Stanley memutuskan untuk menghentikan kegiatan perantara pedagang efek di Indonesia. Kami akan tetap memberikan akses ke pasar ekuitas Indonesia kepada klien-klien global kami melalui kerjasama dengan mitra-mitra broker lokal berkelayakan”.
Efek dari tutupnya bisnis broker MS, sebut peryataan tersebut, riset MS akan disediakan dari Singapura. Morgan Stanley Sekuritas Indonesia juga akan tetap melayani klien-klien bank investasi di Indonesia.
Namun perusahaan ini tidak menjelaskan detail penutupan bisnis di Indonesia ini. Sementara itu, MS masih memiliki izin sebagai Penjamin Emisi Efek alias bisnis underwriter.
Sumber Reuters yang mengetahui keputusan tersebut mengatakan perusahaan melakukan fungsi penjualan, perdagangan dan penelitian dari pusat Asia Tenggara di Singapura. Saat ini, saham MS dipegang oleh Morgan Stanley Asia (Singapore) Pte. sebesar 99% dan PT Morgan Stanley Indonesia sebesar 1%.
Bisnis ekuitas onshore Indonesia dibuka pada 2012 menyusul pengumuman oleh CEO Morgan Stanley James Gorman pada November 2011 saat ia mengunjungi Jakarta. Ia mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa menumbuhkan bisnis perusahaan di Indonesia merupakan prioritas strategis dan komitmen yang penting bagi bank.
Sementara itu, Analis Senior CSA Research Institute, Reza Priyambada dengan dihentikannya kegiatan perantara perdagangan efek Morgan Stanley di Indonesia tidak begitu berdampak terhadap pasar modal Indonesia.
Mengutip MNC Portal Indonesia hari Jumat (28/5/2021), Reza mengatakan, “Dampaknya ga begitu besar ya, mungkin karena sebagian besar transaksi ada di ritel, sementara sudah banyak sekuritas yang meraih ritel sebagai pangsa pasar nasabah ritel, terutama yang usia muda”.
Reza menambahkan, perdagangan saham-saham khusunya saham bluechip juga tidak akan terlalu terpengaruh dengan hengkangnya broker saham asal Amerika Serikat tersebut dari Indonesia. Sebab, perdagangan saham bluechip menurutnya tidak melulu mengacu kepada perusahaan sekuritas asing dalam perdagangan di pasar modal Tanah Air.
Untuk informasi, dalam rekam jejaknya, MS memulai bisnisnya di Indonesia sejak 2007 setelah mendapatkan izin dari otoritas pada 2006. Adapun MS mulai masuk ke bisnis penjamin emisi pada tahun 2008. MS meluncurkan bisnis ekuitas institusi dalam negeri pada 2012 saat resmi menjadi Perantara Pedagang Efek (PPE) dan Anggota Bursa (AB) di Bursa Efek Indonesia (BEI).