Crypto

Diduga Jadi Penyebab Mati Listrik, 9.400 Alat Penambangan Kripto Disita

Diduga Jadi Penyebab Mati Listrik, 9.400 Alat Penambangan Kripto Disita

Diduga Jadi Penyebab Mati Listrik, 9.400 Alat Penambangan Kripto Disita

Sebanyak 9.400 alat penambangan kripto atau rig, disita oleh otoritas Iran selama lima bulan terakhir. Hal ini karena negara tersebut tengah mengalami pemadaman listik selama musim panas. Sekadar informasi, Iran memang sedang menghadapi krisis listrik dan kekuarangan air imbas dari gelombang panas. Dan banyak lembaga yang menuding bahwa penambangan kripto menjadi penyebab krisis listrik.

Mengutip dari Blockwork pada hari Senin (29/8/2022), Kambiz Nazeran selaku Kepala Perusahaan Distribusi Listrik Teheran menjelaskan terkait hal ini. Nazeran mengatakan pada Senin pekan lalu, bahwa rig penambangan kripto ditemukan tersebar di seluruh ibu kota daerah Iran.

Sebagian besar dari rig yang disita berasal dari tangkapan besar pada Juni. Dimana ketika itu, polisi Iran menemukan sebuah tempat penambangan kripto ilegal dan menyita 7.000 unit alat tambang kripto. Penyitaan menjadi yang terbesar di negara itu hingga saat ini.

Baca Juga: Bagaimana Nasib Penambang Jika Bitcoin Habis?

Di sisi lain, pemerintah setempat kerap menganggap bahwa penambangan kripto sebagai biang keladi dari lonjakan pemadaman listrik. Sementara itu, tidak ada informasi lebih jelas mengenai apakah semua rig yang disita adalah khusus Bitcoin atau kripto lainnya.

Untuk informasi saja, menurut Indeks Konsumsi Listrik Bitcoin Cambridge, Iran berkontribusi sebanyak 7,5 persen dari hashrate bitcoin (total daya komputasi pada jaringan) pada Maret tahun lalu. Dan hashrate Iran sejak itu turun menjadi 0,2 persen, pada Januari 2022.

Berapa Besar Konsumsi Listrik Untuk Alat Penambangan Kripto?

Diberitakan sebelumnya, ada fakta baru mengenai penambangan Bitcoin. Mengutip dari BBC International hari Kamis (11/2/2021), dilaporkan bahwa berdasarkan hasil riset Universitas Cambridge, Inggris, konsumsi listrik Bitcoin dalam setahun lebih tinggi dari seluruh Argentina.

Dimana untuk menghasilkan Bitcoin dilakukan aksi mining atau penambangan dengan melibatkan komputer khusus. Dan nyatanya kegiatan itu membutuhkan konsumsi daya listrik yang besar. Tak jarang komputer harus bekerja 24 jam selama tujuh hari. Dari penelitian tersebut, konsumsi listrik untuk menambang Bitcoin mencapai 121,36 terawatt-hour (TWh) setahun. Konsumsi stabil setiap tahunnya kecuali ketika harga Bitcoin turun yang buat penambang rugi melakukan aksi mining.

Peneliti Cambridge Center for Alternative Finance, Michael Rauchs mengatakan, “Bitcoin mengkonsumsi listrik sebanyak itu. Ini tidaklah sesuatu yang akan berubah di masa depan kecuali harga Bitcoin turun secara signifikan”.

Rauchs juga menambahkan bahwa konsumsi listrik Bitcoin bisa memberikan daya pada semua ceret yang digunakan di Inggris selama 27 tahun. Dalam penelitian Cambridge tersebut, diketahui bahwa konsumsi Bitcoin setara dengan Argentina yang menghabiskan 121TWh per tahun. Belanda menghabiskan 108,8 TWh setahun, Arab Saudi 113,2 TWh dan Norwegia 112,2 TWh.

Baca Juga: Memahami Bitcoin Mining: Pengertian dan Perangkat yang Digunakan

Sebelumnya, kali pertama konsumsi listrik tambang Bitcoin menembus nilai tertinggi sepanjang masa adalah pada 6 November 2020. Ketika itu nilainya melampaui 9 Juli 2019 (63,16 Terawatt jam per tahun). Peningkatan konsumsi terlihat melonjak sejak 22 November 2020 (92,78 Terawatt jam per tahun).

BlockchainAnalytics menyebutkan bahwa energi listrik dalam proses penambangan Bitcoin terus meningkat. Pada tahun 2017 mengonsumsi lebih banyak listrik daripada Jamaika. Pada tahun 2018 lebih banyak daripada Nigeria. Lalu, pada 2019 lebih banyak daripada Selandia Baru. Diprediksi, total konsumsi listrik tambang Bitcoin akan terus meningkat, seiring permintaan terhadap Bitcoin yang kian dianggap sebagai store-of-value setara dengan emas.

Polisi Malaysia Hancurkan 1.069 Alat Mining Bitcoin

Sementara itu, sebanyak 1.069 mesin yang digunakan untuk menambang Bitcoin, dihancurkan oleh Kepolisian Kota Miri, Serawak, Malaysia dengan dilindas. Ribuan alat mining Bitcoin tersebut disita oleh kepolisian setempat dalam sejumlah penggrebekan selama periode Februari hingga April tahun 2021 lalu.

Mengutip dari CNBC Internasional hari Minggu (20/7/2021), Asisten Komisaris Polisi Hakemal Hawari menjelaskan bahwa tindakan keras itu dilakukan setelah penambang diduga mencuri listrik senilai US$ 2 juta (Rp 29 miliar) yang disedot dari saluran listrik Sarawak Energy.

Polisi setempat memilih untuk menghancurkan peralatan penambangan daripada menjualnya, sesuai dengan perintah pengadilan. Negara lain, seperti China juga telah mengambil tindakan yang berbeda seperti melelangnya. Bahkan China juga telah menindak operasi penambangan kripto di wilayahnya. Melalui Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional China (NDRC) cabang Sichuan dan Biro Energi Sichuan memerintahkan proyek penambangan uang kripto ditutup di pusat penambangan utama.

Baca Juga: Danai Makmek, Tewas Karena Alat Penambangan Bitcoin

Mengutip dari Reuters, pihak berwenang setempat telah memerintahkan pusat penambangan mata uang kripto di provinsi barat daya Sichuan, untuk melakukan penutupan operasional. Pemberitahuan tersebut juga tertuju pada perusahaan listrik negara bagian di Sichuan untuk melakukan inspeksi dan pengecekan. Perusahaan listrik diminta menghentikan pasokan listrik ke pusat penambangan kripto yang terdeteksi.

Lita Alisyahbana
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

hadiah trading octafx
To Top