Hacker asal Korea Utara (Korut) diketahui mencuri mata uang digital dan aset virtual lainnya hingga mencapai US$ 1,2 miliar atau sekitar Rp 18,7 triliun dalam beberapa tahun terakhir. Tindakan ini dilakukan sebagai upaya untuk menopang persediaan mata uang asing Pyongyang. Laporan ini sendiri diketahui menurut dari badan intelijen Korea Selatan, Badan Intelijen Nasional (NIS).
Mengutip Today hari Jumat (23/12/2022) NIS mengatakan, “Pencurian terjadi selama periode lima tahun dan telah dipercepat tahun ini. Dengan sekitar setengah dari aset dicuri pada tahun 2022”.
Dari dana yang dicuri, dilaporkan telah membantu menopang ekonomi Korut. Serta mendanai program senjata nuklirnya di tengah pandemi Covid-19 dan sanksi PBB yang keras terhadap negara tersebut. NIS mengatakan bahwa kemampuan Korut untuk mencuri aset digital dianggap sebagai salah satu yang terbaik di dunia. Hal ini karena negara tersebut telah terfokus pada kejahatan dunia maya sejak sanksi ekonomi PBB diperketat pada tahun 2017 sebagai tanggapan atas uji coba nuklir dan misilnya.
Dinas intelijen itu juga mengatakan, para peretas Korut diperkirakan akan melakukan lebih banyak serangan dunia maya tahun depan. Upaya ini untuk mencuri teknologi canggih Korea Selatan (Korsel) dan informasi rahasia tentang kebijakan luar negeri dan keamanan nasional Korea Selatan.
Baca Juga: Waspadai Pig Butchering, Modus Baru Penipuan Kripto
Dalangi Berbagai Peretasan
Perusahaan keamanan siber, Volexity menghubungkan Lazarus dengan ancaman yang melibatkan penggunaan situs kripto untuk menginfeksi sistem. Tujuannya, mencuri info dan mata uang kripto dari pihak ketiga. Velocity yang berbasis di Washington D.C, Amerika serikat, mengungkap bahwa Lazarus sendiri merupakan grup peretas asal Korea Utara. Sepang terjang kelompok ini mulai terendus di kalangan pemain kripto.
Melansir dari Bitcoin.com, hari Selasa (13/12/2022), Volexity mengungkapkan bahwa pada Juni 2022, Lazarus mendaftarkan domain yang disebut ‘bloxholder.com’. Domain tersebut nantinya akan didirikan sebagai layanan penawaran bisnis perdagangan aset kripto otomatis.
Menggunakan situs ini sebagai fasad, Lazarus mendorong pengguna untuk mengunduh aplikasi yang berfungsi sebagai muatan untuk mengirimkan malware Applejeus. Malware tersebut ditujukan untuk mencuri kunci pribadi dan data lain dari sistem pengguna. Strategi yang sama telah digunakan oleh Lazarus sebelumnya. Namun, skema baru ini menggunakan teknik yang memungkinkan aplikasi untuk memperlambat serta menghambat kerja sistem deteksi malware yang dimiliki korban.
Volexity juga menemukan bahwa teknik pengiriman malware pengguna mengalami perubahan pada bulan Oktober. Metode tersebut berubah menjadi menggunakan dokumen Office, khususnya spreadsheet berisi makro, yakni semacam program yang disematkan dalam dokumen dengan rancangan untuk menginstal malware Applejeus di komputer. Dokumen tersebut, diidentifikasi dengan nama ‘OKX Binance & Huobi VIP fee comparision.xls‘.
Baca Juga: Pelaku Penipuan Kripto Tertangkap, Terancam Hukuman Penjara 40.000 Tahun
Kasus-Kasus Peretasan Uang Kripto Terbesar
Sementara itu, beberapa kasus peretasan kripto terbesar pernah dialami oleh jaringan Ronin dalam game Axie Infinity yang terjadi pada bulan Maret silam. Pada kasus tersebut, total kerugian dilaporkan tembus hingga senilai US$ 625 juta. Dan beberapa dari kasus pencurian ini dikaitkan dengan peretas dari Korea Utara, Lazarus.
Kabarnya, organisasi Lazarus juga berhasil mencuri aset kripto dengan nilai sekitar US$1 miliar dari protokol keuangan terdesentralisasi. Disinyalir bahwa pencurian tersebut dianggap sebagai bagian dari strategi yang lebih luas untuk membantu mendatangkan pendapatan bagi rezim Korea Utara.
Aksi pembobolan kripto terbesar juga telah dialami oleh perusahaan kripto Amerika Serikat yaitu Nomad. Dalam kejadian ini sendiri, Nomad diketahui mengalami kerugian senilai US$ 90 juta atau sekitar Rp 2,9 triliun. Seorang peneliti Blockchain pada Selasa, 2 Agustus 2022 mengatakan bahwa ini menjadi pencurian terbaru yang melanda sektor aset digital tahun ini.
Sebelumnya, perusahaan kripto AS yakni Harmony juga mengalami hal yang serupa. Dalam kasus pencurian tersebut, koin digital US$ 100 juta koin atau sekitar Rp 1,482 triliun diklaim telap lenyap. Selain itu, platform keuangan Wormhole juga kehilangan hampir US$ 325 juta (Rp 4,8 triliun) pada Februari lalu setelah peretas mengeksploitasi kelemahan keamanan dalam kode kontrak pintarnya.
Baca Juga: Pencurian Bitcoin Senilai Rp 50 Triliun Terbongkar!
- Cara Membaca Pola Impulsif dan Korektif dalam Pola Elliott Wave Forex - Desember 4, 2024
- Inilah 5 Cara Mendapatkan Rebate Forex Secara Maksimal! - Desember 3, 2024
- Bagaimana Nilai Spread Forex Mempengaruhi Profit Anda? - November 22, 2024