
Harga Bitcoin Akan Selalu Terkoreksi Tajam Setiap Empat Tahun Sekali
Dalam pemaparannya, Oscar Darmawan selaku CEO Indodax menjelaskan terkait harga Bitcoin yang mengalami koreksi tajam. Oscar mengungkapkan bahwa harga Bitcoin akan selalu terkoreksi tajam setiap empat tahun sekali.
“Kalau kita bicara tahun 2021 kemarin, 2020 kemarin, itu Bitcoin pertama kali menyentuh 850 juta. Menurut saya kalau memang koreksi yang sama terjadi, bisa 80%. Jadi ini sesuatu yang natural,” ujar Oscar dalam Podcast bersama Gita Wirjawan.
Sekadar informasi, pada tahun 2013 silam Bitcoin pertama kali menyentuh USD1.000 atau sekitar Rp11-12 jutaan. Namun, pada tahun 2014, Bitcoin kembali ke Rp 3 juta, turun hingga 80 persen. Dan Bitcoin mengalami pemotongan supply setiap 4 tahun pada tahun 2013, 2017 dan 2020. All Time High (ATH) Bitcoin terjadi pada saat itu karena supply-nya dipotong separuh.
Oscar juga melihat bahwa yang terjadi di tahun 2020-2022 adalah korelasi antara pergerakan index saham teknologi dengan crypto beriringan hingga membuat investor penasaran. Tidak hanya itu saja, Oscar juga meyakini bahwa sangat mustahil harga Bitcoin akan menyentuh angka nol rupiah. Karena, Bitcoin dibatasi hanya ada 21 juta di dunia yang baru akan benar-benar habis pada tahun 2140. Pada tahun 2140 nanti, Bitcoin yang ditambang baru mendekati 21 juta.
Baca Juga: Reli Harga Bitcoin Hanya Manipulasi Sekelompok Orang?
Kritikan Terhadap Siklus Empat Tahunan Harga Bitcoin
Benjamin Cowen yang merupakan analis aset digital mengkritik siklus empat tahunan harga Bitcoin tersebut. Menurutnya, siklus harga Bitcoin tidak akan selalu terjadi selama empat tahun sekali lantaran mekanisme permintaan-penawaran Bitcoin pasti juga akan berubah seiring waktu.
Tak hanya itu, semakin maraknya jumlah investor Bitcoin juga tentu telah mengubah pendapat pelaku pasar secara keseluruhan ihwal sentimen bullish dan bearish harga Bitcoin. Oleh karenanya, ia percaya bahwa satu fase harga Bitcoin. Misalnya harga terkoreksi atau fase harga pemulihan, bisa saja terjadi lebih dari setahun atau bahkan dua tahun di masa depan.
“Jadi, jika kamu masih dipengaruhi oleh teori siklus empat tahun harga Bitcoin, mungkin kamu perlu mengubah pola pikirmu. Bukti-bukti yang saya kumpulkan malah menunjukkan bahwa siklus harga Bitcoin bukanlah empat tahun”, katanya.
Bitcoin pun menjadi sangat menarik karena Bitcoin tidak dikontrol oleh negara manapun. Apalagi, pada saat terjadi krisis yang sangat gawat, trader Bitcoin atau orang-orang yang kenal aset crypto akan menukarkan asetnya pada crypto. Karena dianggap menjadi satu-satunya cara untuk mengamankan aset dengan mudah, cepat, dan tanpa risiko.
Dan satu hal yang perlu diketahui para pemilik Bitcoin, adalah setiap satu Bitcoin yang ada di masyarakat, harganya timbul dari biaya eksplorasi untuk setiap satu Bitcoin yang diciptakan. Hal ini karena proses penciptaan dari Bitcoin tersebut sama dengan menukarkan listrik menjadi Bitcoin.
Baca Juga: Bitcoin Diramal Akan Mendekati Kiamat, Benarkah?
Bagaimana Jika Bitcoin Telah Habis Ditambang?
Sampai dengan hari ini, Bitcoin masih menjadi mata uang kripto paling terkenal di dunia. Namun, sebelum mencapai harga yang fantastis, Bitcoin sendiri memiliki perjalanan panjang yang dimulai pada tahun 1990-an. Hingga pada tahun 2008-2009, Bitcoin hadir dan membuat banyak orang heboh.
Kini Bitcoin ditaksir hanya tinggal tersisa sebanyak 21 juta koin saja. Hal inilah yang kemudian membuat Bitcoin menjadi sangat populer. Melansir dari CNBC Indonesia yang mengutip India Today, dari penelitian Blockchain.com pada desember lalu. Dilaporkan bahwa sudah ada 18,89 juta Bitcoin yang telah ditambang. Dan jumlah tersebut telah beredar di pasaran.
Dengan jumlah itu, artinya bahwa kini Bitcoin hanya tinggal sebanyak 2 juta koin yang masih tersisa untuk bisa ditambang. Menurut Blockchain.com. seluruh pasokan Bitcoin akan selesai ditambang pada Februari 2140. Selama proses itu harga tetap naik tiap tahun.
Situs Investopedia menjelaskan bahwa jika Bitcoin telah habis ditambang dan fungsinya sebagai penyimpan nilai, masih memungkinkan penambang akan mendapatkan untung. Bahkan misal saat volume transaksi rendah dan hadiah blok yang hilang. Tetapi poin penting yang perlu Anda ketahui adalah, bahwa sebenarnya proses menambang merupakan produk dari proses konfirmasi dari sebuah transaksi. Sebab, tujuan utama dari menambang mulanya adalah untuk menjaga sistem kas atau Blockchain untuk tetap terdesentralisasi.
Baca Juga: 4 Fakta yang Membuat Bitcoin Jadi Kripto Paling Populer

Pingback: Bitcoin Halving: Pengertian dan Efek Terhadap Pasar Kripto