Pada tanggal 17 Juni 2023, dunia kembali dihebohkan oleh lonjakan harga Bitcoin yang luar biasa. Nilai Bitcoin berhasil menembus angka Rp 15,36 miliar per kepingnya, mencatat rekor harga tertinggi sepanjang masa. Kenaikan harga Bitcoin ini tentunya mengundang berbagai spekulasi dan analisis dari berbagai pihak.
Adalah Balaji Srinivasan, yang merupakan eks Chief Technology Officer (CTO) Coinbase. Balaji memprediksi bahwa Bitcoin akan mencapai US$ 1 juta atau Rp 15,36 miliar dalam waktu 90 hari sebagai konsekuensi dari hiperinflasi di Amerika Serikat (AS). Mengutip dari Cointelegraph, hari Minggu (19/3/2023), Balaji telah membuat taruhan jutawan pada harga Bitcoin (BTC) selama 90 hari ke depan. Bahkan ia memprediksi jika harga cryptocurrency akan mencapai US$ 1 juta pada 17 Juni.
Taruhan pun dimulai pada 17 Maret 2023 lalu, ketika pengguna Twitter dengan nama samaran James Medlock menawarkan untuk bertaruh kepada siapa pun US$ 1 juta jika AS tidak akan mengalami hiperinflasi. Beberapa jam kemudian, eks CTO Coinbase menerima taruhan tersebut.
Di bawah ketentuan yang diusulkan, jika harga Bitcoin gagal mencapai US$ 1 juta pada 17 Juni. Maka Medlock akan memenangkan US$ 1 juta dari stablecoin USD Coin (USDC) yang dipatok dolar dan 1 BTC. Dengan cara yang sama, jika Bitcoin bernilai setidaknya USD 1 juta pada tanggal tersebut, Balaji dapat menyimpan 1 BTC dan USD 1 juta dalam USDC.
Baca Juga: Runtuhnya Perbankan di AS Jadi Nasib Baik Untuk Industri Kripto
Memicu Hiperinflasi
Sementara itu, mengutip dari Liputan6.com, Public Relations Tokocrypto, Bianda Ludwianto mengatakan runtuhnya bank merupakan sentimen positif untuk aset kripto, terutama Bitcoin. Bitcoin dikembangkan dengan tujuan sebagai layanan peer-to-peer transaksi dan lahir dari ketidakpercayaan Satoshi Nakamoto terhadap krisis bank-bank pada 2009.
“Krisis terhadap bank-bank besar bisa menimbulkan efek domino ke market kripo, baik itu positif maupun negatif. Hal positif adalah tingginya ketidakpercayaan masyarakat terhadap bank akan menguntungkan aset kripto sebagai tempat penyimpanan aset mereka. Ini akan meningkatkan akumulasi dan pembelian aset yang mendorong market kripto reli”, katanya.
Bianda juga menambahkan, bahwa krisis perbankan AS akan juga akan memicu skenario hiperinflasi. Apabila suku bunga mengalami penguatan maka aset-aset berisiko akan mengalami pelemahan. Begitu juga sebaliknya. Dengan pelemahan suku bunga acuan, maka para investor akan mencoba untuk mengalihkan sebagian asetnya ke aset lebih beresiko atau banyak trader yang menunggu suku bunga acuan bank mulai menurun.
Faktor Penggerak Harga Bitcoin
Ada sejumlah faktor penggerak yang dapat memicu kenaikan pada harga Bitcoin, diantaranya adalah:
1. Adopsi Bitcoin yang Semakin Luas
Banyak perusahaan besar yang mulai menerima Bitcoin sebagai salah satu metode pembayaran. Selain itu, beberapa negara juga mulai mempertimbangkan untuk mengadopsi Bitcoin sebagai mata uang resmi. Semakin banyaknya pihak yang mengadopsi Bitcoin, semakin tinggi pula permintaan terhadap Bitcoin, sehingga harga Bitcoin pun naik.
2. Keterbatasan Pasokan Bitcoin
Sama seperti emas, Bitcoin memiliki pasokan yang terbatas. Hanya ada 21 juta Bitcoin yang akan pernah ada di dunia ini, dan sampai saat ini baru sekitar 18,5 juta Bitcoin yang sudah beredar. Keterbatasan pasokan Bitcoin ini membuatnya semakin langka, sehingga harga Bitcoin pun cenderung naik.
3. Gejolak Ekonomi Global
Gejolak ekonomi global juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi harga Bitcoin. Saat terjadi ketidakstabilan ekonomi di berbagai negara, banyak orang yang mulai mencari alternatif investasi yang lebih stabil. Bitcoin yang dianggap sebagai aset safe haven menjadi pilihan banyak investor dalam menghadapi gejolak ekonomi global.
4. Pengembangan Teknologi Blockchain
Bitcoin tidak hanya dianggap sebagai aset investasi, tetapi juga sebagai teknologi yang dapat mengubah berbagai sektor, terutama sektor keuangan. Pengembangan teknologi blockchain yang menjadi dasar Bitcoin semakin pesat, dan banyak perusahaan besar mulai menginvestasikan dana mereka di teknologi blockchain. Hal ini membuat minat terhadap Bitcoin semakin tinggi, sehingga harga Bitcoin pun naik.
5. Spekulasi dan Sentimen Pasar
Tidak dapat dipungkiri bahwa spekulasi dan sentimen pasar juga mempengaruhi harga Bitcoin. Saat banyak orang yang membeli Bitcoin karena spekulasi atau karena ikut-ikutan, harga Bitcoin bisa melonjak dengan cepat. Namun demikian, spekulasi dan sentimen pasar juga dapat berbalik arah dengan cepat, sehingga harga Bitcoin pun bisa turun dengan tajam.
Baca Juga: Benarkah Kejayaan Bitcoin Hanya Bertahan Hingga di 2024?
- Cara Setting Indikator Bollinger Band yang Tepat - Desember 1, 2024
- Memahami Pola Candlestick Outside Bar dalam Analisis Teknikal Forex - November 25, 2024
- Panduan Strategi Trading Harian dengan Spread Forex Kecil - November 20, 2024