Finansial

Morgan Stanley Ramal Ekonomi Asia Salip AS dan Eropa

Morgan Stanley Ramal Ekonomi Asia Salip AS dan Eropa

Morgan Stanley Ramal Ekonomi Asia Salip AS dan Eropa

Kepala ekonom Asia Morgan Stanley yakni Chetan Ahya menyebut jika pertumbuhan ekonomi Asia akan berkembang sangat cepat. Bahkan Ahya mengatakan jika pertumbuhan ekonomi Asia akan menyalip Amerika Serikat (AS) dan Eropa di tahun ini. Hal ini menurut Ahya karena didukung oleh permintaan domestik yang kuat.

Seperti yang dikutip dari CNBC Internasional hari Senin (17/4/2023). Bahwa Ahya mengatakan, “Argumen besar yang kami buat … untuk Asia, termasuk Jepang, untuk mengungguli AS dan Eropa – adalah fakta bahwa ada kekuatan permintaan domestik. Kami memperkirakan pertumbuhan kawasan akan mengungguli sekitar 500 basis poin pada akhir tahun ini, yang pada dasarnya pada kuartal keempat tahun ini”.

Selain itu, Ahya juga melihat bahwa ada tiga negara ekonomi besar di Asia lainnya. Yaitu India, Indonesia dan Jepang juga menunjukkan permintaan domestik yang kuat. Prakiraan ekonom Morgan Stanley pada kawasan Asia sesuai dengan pandangan Dana Moneter Internasional terbaru. Dimana Asia Pasifik tetap menjadi kawasan yang dinamis meskipun ekonomi global dalam masa yang penuh tantangan.

“Kami memproyeksikan kawasan ini akan menyumbang lebih dari 70 persen pertumbuhan global tahun ini. Karena perluasannya meningkat menjadi 4,6 persen dari 3,8 persen tahun lalu”, tulis IMF dalam sebuah blog.

Baca Juga: Morgan Stanley: Indonesia Negara dengan Pemulihan Ekonomi Tercepat Setelah China

Properti China Pulih Cepat

Sementara itu, dalam prediksinya yang lain, Ahya juga menyebut jika pemulihan ekonomi China akan berjalan lebih baik dari ekspektasi. Dia juga tidak melihat inflasi sebagai risiko utama bagi negara itu. Momentum pertumbuhan ekonomi China diperkuat dengan rebound sektor properti yang begitu tajam.

Diketahui, banyak orang China berminat membeli rumah, setelah masyarakat terpaksa dikurung di rumah sebagai upaya pencegahan penyebaran Covid-19. Pemerintah pusat dan daerah juga telah meluncurkan dukungan untuk pembelian properti dan developer perumahan tahun lalu.

“Inflasi adalah titik data yang tertinggal dan saya tidak berpikir kita harus melihat angka inflasi dan menyimpulkan bahwa pemulihan tidak berjalan sesuai rencana,” kata Ahya. Dirinya menambahkan jika sektor properti China “melambung sangat tajam” yang akan menambah momentum pertumbuhan.

Tidak hanya itu, India juga menunjukkan potensi pertumbuhan yang kuat didorong oleh faktor siklikal. Akibatnya, perekonomian mengalami pertumbuhan yang baik sekaligus dari sisi kredit. Peminjam dan yang diberi pinjaman saling tertarik dengan risiko yang ditawarkan.

Baca Juga: Diam-diam Yuan China Akan Libas Dolar AS dan Euro?

Ekonomi Asia Akan Selamatkan Dunia dari Resesi Terdalam

Kawasan Asia dianggap akan menjadi titik cerah bagi perekonomian global di tengah isu Eropa dan AS yang berpotensi memasuki resesi. China dan India diperkirakan berkontribusi lebih 50 persen terhadap pertumbuhan global pada 2023. Demikian juga aktivitas ekonomi di Kamboja, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam telah kembali ke era sebelum pandemi Covid-19. Asia lainnya akan berkontribusi seperempat terhadap pertumbuhan global.

Krishna Srinivasan, Thomas Helbling, Shanaka J. Peiris, menulis sebuah artikel berjudul “Asia’s Easing Economic Headwinds Make Way for Stronger Recovery” pada 20 Februari 2023. Ketiganya merevisi pandangan IMF tentang Asia yang agak suram pada 13 Oktober 2022.

“Asia diuntungkan dengan kondisi keuangan global yang mereda, penurunan harga pangan dan minyak, disertai pemulihan ekonomi China”, demikian ungkapnya.

Perkembangan ini mendorong prospek kawasan Asia dengan pertumbuhan 4,7 persen pada 2023 dari 3,8 persen pada 2022. Dan Asia menjadi kawasan yang paling dinamis di dunia. Khusus untuk negara berkembang Asia yang sedang menggeliat termasuk India dan China.

Namun IMF mengingatkan dampak keruntuhan sektor perbankan di Amerika Serikat dan Eropa yang telah menambah ketidakpastian atas prospek ekonomi global. Yakni dimana kerentanan sistem keuangan dapat meletus menjadi krisis baru dan membanting pertumbuhan global tahun ini. Meskipun demikian, dampak dari tekanan perbankan global baru-baru ini di Asia sejauh ini terbatas.

Lita Alisyahbana
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

To Top