Crypto

Platform Binance Dibobol, Aset Kripto Triliunan Dicuri

Platform Binance Dibobol, Aset Kripto Triliunan Dicuri

Platform Binance Dibobol, Aset Kripto Triliunan Dicuri

Dalam kabar yang ramai diberitakan, platform blockchain milik Binance yakni BNB Chain telah dibobol hacker. Imbas dari peristiwa tersebut, sejumlah aktivitas yang berkaitan dengan mata uang kripto sempat dibekukan sementara. Binance mengungkapkan bahwa peretas telah mencuri 2 juta koin BNB, atau senilai sekitar US$ 570 juta (Rp 9 triliun). Namun, menurut BNB Chain, total aset yang berhasil dicuri hanya sekitar US$100 (sekitar Rp 1,5 triliun).

Terkait dengan penghentian sementara aktivitas, Binance menjelaskan bahwa hal tersebut dilakukan sebagai respons dari adanya potensi pemanfaatan celah. Penghentian transaksi di BNB Chain tidak mudah, karena sistem blockchain tersebut didesain sebagai infrastruktur terdesentralisasi yang tidak bisa dikendalikan oleh entitas tunggal.

BSC, kepada Coinbase, membenarkan bahwa mereka harus berkoordinasi dengan banyak pihak untuk menghentikan aktivitas di blockchain. Upaya ini dilakukan setelah menemukan keanehan di protokol BSC Token Hub. Dan BSC Token Hub berperan sebagai entitas kliring untuk transaksi antar-blockchain yang terafiliasi dengan Binance.

Dugaan peretasan di platform Binance terjadi setelah Tether menyatakan sebuah dompet kripto yang ada di dalam daftar hitam mereka menerima 2 juta token BNB. Rumor bahwa transaksi tersebut terkait peretasan, belum bisa dikonfirmasi. Namun, karena dompet kripto penerima “0x489A…” masuk dalam daftar hitam Tether, ada dugaan kuat transaksi ini merupakan tindak kejahatan.

Baca Juga: Waspadai Pig Butchering, Modus Baru Penipuan Kripto

Platform Binance dan BNB Chain

Sekadar informasi, BNB Chain merupakan sebuah blockchain yang dibuat oleh perusahaan cryptocurrency Binance Holdings Ltd. Dan Binance mengoperasikan pertukaran cryptocurrency populer yang menempati peringkat terbesar di dunia berdasarkan volume perdagangan. Dimana BNB Chain sendiri terdiri dari dua infrastruktur, yaitu BNB Beacon Chain dan BNB Smart Chain.

Pada tahun 2019, perusahaan meluncurkan blockchain yang disebut BNB Chain dan cryptocurrency, BNB, yang berjalan di blockchain. Dan BNB memiliki perkiraan kapitalisasi pasar lebih dari US$45 miliar sekitar Rp 688 triliun. Peretas mencuri cryptocurrency menggunakan kerentanan keamanan di jembatan lintas rantai yang terhubung ke Rantai BNB.

Jembatan lintas rantai adalah teknologi yang memungkinkan pengguna untuk mentransfer cryptocurrency dan aset digital lainnya. Serta data antara dua blockchain yang berbeda. Dan jembatan lintas rantai yang menjadi target peretas dalam pelanggaran tersebut dikenal sebagai BSC Token Hub. Ini menghubungkan Rantai BNB dengan Rantai Beacon BNB, blockchain serupa yang memungkinkan untuk melakukan transaksi menggunakan teknologi aset digital BEP2.

BEP2 mendefinisikan seperangkat standar teknis untuk menerapkan dan menerbitkan aset digital. Celah keamanan yang digunakan peretas untuk melakukan serangan siber dilaporkan ditemukan di fitur kontrak pintar jembatan lintas rantai. Kontrak cerdas adalah perangkat lunak yang memungkinkan untuk melakukan transaksi secara otomatis tanpa input manual. Peretas dilaporkan tidak mencuri dana pengguna, melainkan menggunakan fitur kontrak pintar untuk mencetak 2 juta koin BNB baru.

Baca Juga: Marak Pencurian Kripto, Apa yang Perlu Dilakukan oleh Investor?

Pencurian Kripto Sepanjang 2022 Telah Capai Rp 28 Triliun

Diberitakan sebelumnya, dalam sebuah laporan yang dikeluarkan oleh perusahaan analisis blockchain, Chainalysis pada hari Selasa (16/8/2022). Diungkapkan bahwa kasus pencurian aset kripto hingga bulan ke tujuh tahun 2022 sudah senilai USD 1,9 miliar atau sekitar Rp 28 triliun.

Berdasarkan data tersebut, menunjukkan bahwa angka tersebut mengalami peningkatan sebesar 60 persen dari periode yang sama di tahun sebelumnya. Bahkan lonjakan angka kasus tersebut juga terjadi ketika banyak nilai cryptocurrency jatuh. Pihak Chainalysis memperingatkan bahwa peningkatan pencurian kripto tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti meski ada penurunan harga di pasar kripto.

Kejahatan siber bukan hal baru di di industri kripto, karena berbagai hal yang mendasarinya. Yaitu seperti celah keamanan sistem dan pengguna yang kurang teliti dan pengetahuan. Dan sektor keuangan terdesentralisasi (DeFi) selalu jadi sasaran empuk para peretas.

Terkait hal DeFi, hal ini juga disinggung oleh laporan dari Chainalysis. Istilah DeFi sendiri mengacu pada layanan yang mencoba untuk menggantikan lembaga keuangan tradisional dengan perangkat lunak. Dimana hal ini memungkinkan bagi pengguna untuk dapat bertransaksi langsung satu sama lain melalui blockchain.

Meski begitu, angka penipuan kripto juga menurun drastis pada tahun ini. Bersamaan dengan penurunan harga aset kripto dari awal tahun hingga bulan Juli lalu. Selain itu, nilai kerugian dari kejahatan penipuan (scam) juga telah menurun di tujuh bulan pertama tahun ini.

Dan terkait dengan peristiwa di atas, Binance telah menghentikan sementara pemrosesan transaksi di Rantai BNB. Perusahaan dilaporkan berhasil membekukan US$7 juta dari dana yang dicuri oleh para peretas. Sebagian besar dana yang tersisa saat ini tetap berada di dompet cryptocurrency peretas, sementara sekitar US$100 juta belum dipulihkan.

“Masalahnya sudah tertangani sekarang. Dana Anda aman. Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan ini dan akan memberikan pembaruan lebih lanjut,” kata pendiri dan Chief Executive Officer Binance Changpeng Zhao melalui akun Twitter pada Kamis (6/10/2022).

William Adhiwangsa
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

To Top