Situasi yang kurang menyenangkan tengah dihadapi oleh industri aset kripto global belakangan ini. Salah satunya yang menggemparkan adalah krisis yang dihadapi oleh FTX. Kondisi salah satu platform crypto exchange global tersebut bahkan menjadi sentiment negatif.
Sekadar informasi saja, FTX merupakan salah satu bursa kripto terbesar di dunia. Bangkrutnya bursa kripto yang bermarkas di Bahama ini membuat kekayaan pemiliknya Sam Bankman-Fried menjadi seketika menguap. Dan bangkrutnya bursa FTX diprediksi akan menular. Yakni nilai aset kripto Bitcoin diramal akan kembali anjlok.
Mengutip dari CNN hari Selasa (15/11/2022), analis JP Morgan memperkirakan bahwa Bitcoin akan turun hingga 25% dalam beberapa minggu mendatang. Rentetan kejatuhan Bitcoin, menurut analis JP Morgan juga akan dipengaruhi oleh Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve menaikkan suku bunga acuan.
Diketahui, saat ini adalah masa sulit bagi investor kripto. Nilai Bitcoin yang merupakan aset kripto terbesar telah turun lebih dari 75% menjadi US$ 15.984 sejak tahun yang lalu. Analis JP Morgan mengatakan kebijakan Fed akan menimbulkan hambatan besar pada ketersediaan uang tunai untuk investasi hingga tahun depan. Ini artinya, lebih sedikit uang berarti lebih banyak penghindaran risiko dan investor berhenti dari kripto. Bahkan sekarang platform aset digital lainnya seperti Solana juga menghadapi krisis uang tunai.
Baca Juga: Warrent Buffet dan Prediksi Kehancuran Aset Kripto
Indodax Sarankan Audit Total Bursa Kripto di Indonesia
Pasca kebangkrutan bursa kripto FTX terbesar kedua dunia yang terjadi pada beberapa hari lalu. Tidak bisa dipungkiri sedikit banyak mempengaruhi ekosistem kripto secara global. Oscar Darmawan, selaku CEO Indodax berpendapat bahwa isu likuiditas yang dialami oleh FTX perlu menjadi concern khusus bagi para pelaku industri untuk lebih transparan. Hal ini agar dipercaya oleh komunitas kripto karena keamanan aset investor dan transparansi merupakan hal yang sangat penting.
“Indodax sudah berdiri hampir sembilan tahun lamanya dan kami selalu berusaha menjaga kepercayaan para member kami. Likuiditas kami lebih dari 100% baik dari kripto maupun Rupiah. Sebagai pelaku industri saya juga berharap tidak ada exchange di Indonesia yang jatuh karena penyalahgunaan aset nasabah ini”, katanya.
Dan sebagai pelaku industri, Oscar pun menyarankan adanya audit total kepada crypto exchange Indonesia yang sudah terdaftar di Bappebti. Tindakan ini dilakukan demi transparansi dan perlindungan kepada para member. Audit yang dimaksud adalah audit exchange secara keseluruhan. Audit yang dilakukan oleh auditor yang paham cara blockchain berjalan jadi bukan sekedar pencatatan rupiah.
Oscar mengatakan perlu melakukan penyamaan inventory kripto dan rupiah yang ada di orderbook dan saldo nasabah. Bukan hanya sekedar proof of reserve yang tidak berarti banyak namun juga proof of liability (yaitu jumlah total deposit member yang tercatat di dalam exchange). Dengan adanya audit secara keseluruhan, saldo member dari setiap exchange bisa dicocokkan dengan proof of reserve dari exchange tersebut. Baik dari nominal rupiahnya maupun jumlah kriptonya.
Ia juga berharap pihak Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) dapat segera memberikan aturan baru. Yang meminta exchange menunjukkan hasil audit ini dan dilakukan reguler tiap hari kalau perlu. Dengan adanya laporan terbuka ini, harapannya semua orderbook, saldo member dan inventory akan match dan semuanya ada di Indonesia.
Baca Juga: Bappebti Akan Beri Rating Exchanger Kripto
Jumlah Investor Aset Kripto Lampaui Pasar Modal
Sementara itu, Bappebti menyatakan terjadi kenaikkan signifikan terhadap jumlah pelanggan aset kripto di Indonesia. Sebelumnya, data akhir Juli 2022 menunjukkan jumlah pelanggan asset kripto sebanyak 15,57 juta orang, kemudian naik menjadi 16,1 juta orang per Oktober 2022.
“Pelanggan aset kripto per akhir Oktober sekitar 16,1 juta pelanggan, meningkat hampir 2 kali dari bursa efek”, kata Plt Kepala Bappebti, Didid Noordiatmoko.
Sedangkan menurut Laporan Review Peraturan Perdagangan Komoditi Aset Kripto yang disusun oleh Center of Economic and Law Studies (CELIOS). Di tahun 2020, jumlah investor pasar kripto mencapai 4 juta orang. Jumlah ini naik nyaris 3 kali lipat di tahun 2021 sebanyak 11,2 juta investor. Dan di akhir Juli 2022, jumlah investor pasar kripto telah melebihi dari 15,57 juta orang. Jumlah ini jauh lebih tinggi dibandingkan investor pasar modal Indonesia yang jumlahnya sebanyak 9,3 juta orang.
Menurut Ketua Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (Aspakrindo) Teguh Hermanda, salah satu alasan meningkatnya peminat asset kripto adalah karena saat ini kripto dianggap sebagai komoditi yang memiliki fungsi store of value. Sehingga dapat menjadi instrumen investasi yang menjanjikan.
“Sebagian orang beranggapan kripto memiliki fungsi store of value, jadi beda sama currency yang nilainya tetap dan bisa dipertukarkan. Kalau kita anggap kripto sebagai komoditi seperti emas, jadi digunakan untuk menyimpan nilai atau investasi”, katanya.
Teguh menegaskan jika di era digital trennya bukan lagi hanya simpan emas, namun ada alternatif aset kripto. Hal ini selaras dengan hasil studi yang dilakukan oleh CELIOS pada September 2022. Dari 3.530 responden yang disurvei, data menunjukkan bahwa aset kripto menempati urutan ke-3 sebagai aset yang paling banyak dibeli oleh investor ritel. Aset kripto bahkan berada di atas emas digital, futures, dan surat utang pemerintah sebagai instrumen investasi yang dipilih masyarakat.
Baca Juga: Seberapa Besarkah Resiko Cryptocurrency?
- 7 Alternatif Indikator Forex Jangka Panjang yang Patut Anda Coba! - Oktober 3, 2024
- 5 Dampak Debt Ceiling Terhadap Forex yang Wajib Dipahami Trader - Oktober 2, 2024
- Penerapan Indikator Overlay Forex untuk Tingkatan Akurasi Prediksi Harga - September 24, 2024
Pingback: Bursa Kripto Bangkrut, Kini BlockFi Susul FTX!