Bitcoin, sebagai mata uang digital paling populer, harganya diprediksi akan mencetak rekor pada tahun 2022 ini. Tepatnya, Bitcoin diramal akan berhasil menembus rekor hingga ke level US$ 75.000, atau jika dihitung dengan kurs Rp 14.200, maka nilai Bitcoin adalah setara dengan Rp 1,06 miliar. Hal ini dipengaruhi oleh banyaknya investor institusi yang mulai terjun ke aset kripto tersebut.
Terkait prediksi harga Bitcoin mencetak rekor, hal ini disampaikan oleh Guido Buhler, yakni Direktur Utama Bank Seba yang berbasis Swiss. Mengutip dari CNBC pada hari Sabtu (15/1/2022), Buhler mengatakan,, “Kami yakin bahwa harganya akan naik”.
Tidak hanya itu, Buhler juga menjelaskan, “Model valuasi internal kami mengindikasikan bahwa harganya di antara US$ 50.000 dan US$ 75.000. Saya cukup percaya diri bahwa kita akan melihat level kenaikan itu. Pertanyaannya adalah soal timing“.
Meski sempat mengalami gejolak harga di sepanjang tahun 2021, Bitcoin tetap menyelesaikan 2021 dengan kenaikan signifikan daripada saat aset kripto tersebut memulai perdagangannya. Dengan total keseluruhan aset kripto lebih dari US$ 2,2 triliun atau Rp 31,3 kuadriliun. Bitcoin menyumbang setidaknya senilai US$ 920 miliar atau setara Rp 13,1 kuadriliun.
Pada tahun 2022, Bitcoin nilainya diprediksi akan lebih tinggi karena berbagai faktor. Misalnya dukungan semakin besar, seperti dari sosok pendiri Twitter, Jack Dorsey, yang diprediksi akan sepenuhnya terjun ke industri kripto. Bahkan beberapa pakar memperkirakan nilai Bitcoin akan tembus US$ 100 ribu atau lebih dari Rp 1 miliar. Akuntan spesialis kripto, Kate Waltman mengatakan, “Beberapa orang paling berpengetahuan di sektor ini memprediksi Bitcoin tembus USD 100 ribu di kuartal pertama 2022”.
Untuk informasi, Bitcoin sendiri sempat menyentuh level tertinggi sepanjang masa pada tahun 2021 yang lalu, yaitu pada bulan April yang berada pada kisaran harga US$ 63.500 dan pada bulan November yang menyentuh harga di level US$ 68.622. Bahkan dapat dikatakan nilai Bitcoin pada tahun 2021 silam melonjak sekitar 70%. Namun, bukan berarti Bitcoin hanya mengalami kenaikan harga yang fantastis. Pada sekitar 20 Juli 2021 misalnya, Bitcoin sempat anjlok dan menyentuh titik rendah di level 29.807.
Namun, Buhler juga tak luput mengingatkan bahwa Bitcoin memiliki volatilitas yang tinggi. Menurutnya, penurunan harga yang terjadi selama satu minggu ini, terjadi karena kenaikan imbal hasil treasuri dan prospek suku bunga bank sentral yang lebih tinggi terus mengarahkan investor untuk melepaskan aset yang berisiko. Bitcoin turun sebanyak 6% pada hari Senin (10/1/2022) hingga menyentuh level terendah US$ 39.771,91 berdasarkan data Coin Metrics.