Finansial

Waduh, Harga Emas Dunia Diramal Akan Ambrol!

Pada perdagangan hari Jumat (20/3/2020) kemarin, harga emas menguat setelah turun lebih dari 12 persen dalam 2 minggu terakhir ini. Walaupun menguat, harga emas ditaksir justru akan ambrol lebih dalam lagi pada tahun ini. Pada data Refinitiv, emas menguat 2,5 persen ke US$ 1.506,53/troy ons pada pukul 14.35 WIB kemarin.

Di awal pekan lalu Senin (9/3/2020) emas menyentuh US$ 1.702,56/troy ons yang merupakan level tertinggi sejak Desember 2012. Tapi, sejak mencapai level tertinggi itu, emas justru terus merosot. Pada perdagangan kemarin Kamis (19/3/2020) emas berada di level US$ 1.469.8/troy ons pada penutupannya. Itu artinya emas ambles sekitar 12,15 persen dibandingkan penutupan perdagangan di hari Jumat (6/3/2020) yang lalu.

Emas yang bagi banyak orang dianggap sebagai aset yang aman (safe haven) dan menjadi buruan para pelaku pasar saat bursa saham yang merupakan aset berisiko dan mengalami aksi jual. Itu artinya, pada saat bursa saham sedang mengalami penurunan yang tajam, harga emas akan melesat naik.

Tapi yang menjadi menarik adalah, penurunan harga emas kemarin juga terjadi saat bursa saham mengalami aksi jual. Pada waktu periode yang sama, indeks S&P 500 merosot 18,94 persen. Pada saat itu bursa saham Asia juga mengalami hal yang sama, bahkan bursa Eropa lebih parah lagi.

Kondisi terbalik terjadi, yang seharusnya ketika bursa saham turun tajam justru harga emas naik. Yang terjadi justru bursa saham turun, harga emas juga ikut turun. Ini terjadi karena banyak investor mengalami margin call atau pemberitahuan untuk membayar kekurangan dana.

Harga Emas Dunia Diramal Akan Ambrol

Harga Emas Dunia Diramal Akan Ambrol

Ketika harga emas sudah cukup tinggi, dan menyentuh level tertinggi sejak tahun 2012, pelaku pasar mencairkan keuntungan dari investasi emas, dan memasukkan kembali di bursa saham untuk menghindari kekurangan dana dengan harapan bahwa bursa saham akan bangkit ketika wabah virus corona sudah berakhir. Kondisi ini membuat harga emas terus mengalami kemerosotan mengiringi kejatuhan bursa saham global.

KC Chang -Analis logam mulia dari IHS Markit- mengatakan, bahwa ancaman resesi global serta inflasi yang rendah membuat harga emas dunia terancam merosot di tahun ini. Jika wabah covid-19 semakin menyebar, aktifitas ekonomi akan turun seiring semakin banyaknya negara yang mengisolasi warganya. Itu berarti pertumbuhan ekonomi global akan semakin berisiko terpangkas lebih dalam.

Dengan aktifitas ekonomi yang terbatas, masyarakat tentu memerlukan uang tunai untuk memenuhi segala macam kebutuhannya, sehingga uang tunai dianggap lebih menarik dan dibutuhkan alih-alih emas atau saham. Dua jenis investasi tersebut berstatus berlawanan, emas adalah safe haven, saham adalah aset berisiko. Sehingga akhirnya sama-sama mengalami aksi jual dan bergerak searah, sama-sama merosot.

Chang mengatakan, harga emas berisiko ambles hingga ke US$ 1.300/troy ons, bahkan bisa mencapai ke US$ 1.050/troy ons jika pertumbuhan ekonomi global lebih buruk dari perkiraan para ekonom.

Benny SR
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

To Top