Di tengah hingar bingar nilai mata uang digital yang makin gila-gilaan, diprediksi banyak pelaku kejahatan cyber yang menyasar finansial investasi cryptocurrency terutama menargetkan Bitcoin sebagai incaran utama. Sementara kelompok lainnya, akan beralih ke mata uang kripto transit ketika menuntut sejumlah uang dari korban.
Sebelumnya, Dmitry Bestuzhev yang merupakan salah satu peneliti keamanan di Kaspersky mengatakan, “Tahun 2020 sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya yang kita alami, namun, banyak tren yang kami prediksi menjadi kenyataan terlepas dari transformasi cara hidup masyarakat saat ini. Ini termasuk strategi baru dalam kejahatan cyber finansial“.
Salah satu prediksi Kaspersky yakni pencurian Bitcoin akan menjadi lebih menarik karena banyak negara jatuh miskin akibat pandemi. Dengan ekonomi runtuh dan mata uang lokal jatuh, lebih banyak orang mungkin terlibat dalam kejahatan cyber yang mengarah ke lebih banyak kasus. Seperti yang diantisipasi oleh para peneliti Kaspersky, karena kelemahan mata uang lokal, lebih banyak orang mungkin fokus pada penipuan yang menuntut Bitcoin, serta pencurian Bitcoin, karena ini adalah mata uang kripto yang paling luas penggunaannya.
Baru-baru ini muncul kabar terkait hal tersebut, yaitu situs trading online mata uang kripto, Bitmart diretas oleh sekelompok hacker dengan total kerugian mencapai US$ 196 juta atau setara dengan Rp 2,8 triliun. Kasus peretasan itu sendiri pertama kali terungkap oleh perusahaan keamanan Peckshield pada hari Sabtu (4/12/2021) lalu.
Dalam catatan laporannya, Peckshield menyatakan bahwa adresess Bitmart menunjukkan arus keluar yang stabil dari puluhan juta dolar ke alamat yang disebut Etherscan sebagai “Peretas Bitmart”. Lembaga itu juga mengatakan bahwa BitMart diperkirakan mengalami kehilangan dana sekitar US$ 100 juta dalam berbagai jenis mata uang kripto di blockchain ethreum dan US$ 96 juta lainnya dari koin di rantai pintar Binance.
Sementara itu, atas kejadian ini BitMart mengaku bahwa pihaknya belum mengetahui dengan pasti mengenai metode apa yang digunakan oleh para peretas. Namun, Peckshield mengatakan bahwa apa yang dilakukan oleh para peretas tersebut merupakan kasus klasik “transfer-out, swap, dan wash“.

Platform Trading Kripto BitMart Diretas, Kerugian Capai Rp 2,8 T!
Meski begitu, pihak BitMart tetap menyakinkan bahwa seluruh dompet lainnya berada pada “kondisi aman dan tidak terluka”. Para pelaku trading kripto, kata BitMart, dapat menyimpan berbagai token dalam dompet “panas”, “dingin” atau antara kombinasi keduanya. Untuk diketahui, BitMart adalah platform digital yang melayani jual beli mata uang kripto yang menawarkan campuran transaksi seperti perdagangan berjangka dengan leverage. Platform ini juga menyediakan layanan pinjaman dan staking.
Kejadian peretasan seperti yang dialami BitMart bukanlah kejadian pertama kali terhadap platform mata uang digital. Diberitakan sebelumnya, sebuah kejadian perampokan terbesar terhadap cryptocurrency juga pernah terjadi. Mengutip dari CNBC pada hari Rabu (11/8/2021), peretas mengeksploitasi kerentanan sistem di Poly Network. Poly Network sendiri adalah sebuah platform yang menghubungkan berbagai blockchain.
Situs itu juga mengaku ribuan token digital berhasil diambil salah satunya adalah Ether. Dalam kejadian ini, para pelaku berhasil mendapatkan Ether senilai US$267 juta (Rp 3,8 triliun), US$ 252 juta (Rp 3,6 triliun) koin Binance dan US$ 85 juta (Rp 1,2 triliun) dalam token USDC. Akibat kejadian ini, ditaksir lebih dari US$ 600 juta atau sekitar Rp 8,7 triliun berhasil digondol oleh para peretas.
Namun, keberuntungan masih berpihak kepada Poly Network. Sebuah perusahaan yang berspesialisasi dalam mentransfer mata uang kripto mengatakan, peretas yang mereka sebut sebagai “Mr White Hat” mengembalikan seluruh uang digital curiannya dari Poly Network yang berjumlah 613 juta dollar AS (Rp 8,8 triliun) tersebut.
Seseorang yang mengaku sebagai peretas menceritakan kisah mereka dalam gaya tanya jawab di Twitter. Peretas mengatakan, pencurian mata uang digital yang dilakukan terhadap Poly Network hanyalah untuk bersenang-senang dan juga untuk mengungkap kelemahan yang dapat merugikan Poly Network serta merusak kepercayaan pada mata uang kripto.
“Aku bisa bilang menemukan titik buta dalam susunan Poly Network akan menjadi salah satu momen terbaik dalam hidupku,” tulis unggahan tersebut.
- Teknik Forex Hit and Hide dalam Strategi Scalping - April 25, 2025
- Perbedaan Sell Limit dan Sell Stop Forex yang Wajib Dipahami Trader - April 24, 2025
- Leverage dan Margin Forex: Halal atau Haram? - April 16, 2025

Pingback: Pencurian Kripto Kembali Terjadi, Rp 1,48 Triliun Lenyap
Pingback: Bobol Akun Coinbase, Pemuda Pekanbaru Ditangkap FBI